Seekor sapi liar cukup bermasalah, apalagi yang sakit. Seekor sapi sakit yang tersesat menghadirkan tantangan lain di India.
“Tidak ada kompensasi untuk pemusnahan sapi sakit, jadi petani akan menjualnya ke petani lain. Ini menyebabkan penyebaran infeksi. Jika tidak bisa dijual, mereka akan meninggalkan sapi sakit di jalanan,” kata Dhand.
Ternak dapat menyebarkan penyakit zoonosis seperti brucellosis. Ternak liar kemungkinan besar membantu memicu wabah lumpy skin disease. Virus itu menjangkiti lebih dari dua juta hewan peliharaan di beberapa negara bagian India pada tahun 2022.
Meskipun undang-undang setempat mengizinkan dokter hewan untuk menidurkan sapi sakit, penelitian menunjukkan bahwa hal itu bermasalah secara budaya. Dalam beberapa tahun terakhir, sapi telah menjadi topik politik yang sensitif. Massa Hindu menghukum mati orang karena dicurigai memiliki daging sapi atau menyelundupkan sapi. Akibatnya, dokter hewan takut merekomendasikan eutanasia.
Beberapa tahun yang lalu, Uttar Pradesh memperkenalkan label telinga untuk ternak. Pemilik akan ditangkap jika ketahuan meninggalkan ternak. Tapi aturan itu tidak berhasil. “Pemilik sapi akan merobek labelnya bersama dengan telinga hewannya,” kata Chauhan.
Menurut Dhand, petani tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Bagi petani di India, hewan dianggap sebagai keluarga. Masalahnya adalah kurangnya pedoman yang jelas untuk menangani ternak yang tidak diinginkan.
Teknologi untuk mengatasi masalah sapi liar
Ranjit Singh, peternak di Punjab, mengatakan bahwa hewan yang tidak produktif dengan cepat menjadi beban. Dia juga mengakui bahwa meninggalkan ternak tidak produktif adalah salah secara moral.
Itu sebabnya, untuk meminimalkan kemungkinan lahirnya sapi jantan, dia menggunakan teknik untuk membuahi sapi secara artifisial. Ini adalah teknik yang menjamin lahirnya jenis kelamin yang diinginkan hingga 95 persen. Sayangnya teknologi impor itu mahal.
Pada bulan Desember, pemerintah Kerala di India selatan meluncurkan sebuah skema untuk mendistribusikan sperma seks dengan tarif bersubsidi. Bila terjadi kegagalan, pemerintah menjanjikan pengembalian uang.
Baca Juga: Bastet, Dewi Kucing Disembah sebagai Hewan Suci di Mesir Kuno
Baca Juga: Jauhar, Tradisi Wanita India Bakar Diri Massal demi Jaga Kehormatan