Pengorbanan Manusia Dinasti Shang, Periode Kelam Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Kamis, 13 April 2023 | 14:00 WIB
Di samping budaya dan teknologi yang mengagumkan, Kekaisaran Tiongkok memiliki tradisi mengerikan. Itu adalah ritual pengorbanan manusia. (Gary Todd)

Nationalgeographic.co.id—Tidak dapat disangkal jika Kekaisaran Tiongkok memiliki sejarah panjang yang menarik. Ribuan tahun lalu, dinasti kuno dan budaya Tiongkok unggul dalam berbagai seni dan teknologi. Mereka merintis beragam keterampilan yang akhirnya membentuk dunia modern. Di luar semua prestasinya, Kekaisaran Tiongkok memiliki praktik yang meresahkan, yaitu pengorbanan manusia.

Praktik ini dilakukan oleh dinasti-dinasti awal, terutama dinasti Shang. Sejarawan berupaya menggali tradisi kuno yang mengerikan itu.

Keluarga Dinasti Shang dikuburkan dengan budak yang dikorbankan

Dinasti Shang adalah dinasti Tiongkok kuno yang memerintah dari sekitar tahun 1600 Sebelum Masehi sampai 1045 SM. “Wilayahnya adalah Lembah Sungai Kuning,” tulis Aleksa di laman Ancient Origins.

Shang adalah dinasti yang kuat dan abadi, menandai periode penting dalam sejarah Tiongkok kuno. Dinasti ini juga dianggap sebagai dinasti paling awal dalam sejarah Tiongkok yang didokumentasikan dan didukung oleh bukti arkeologi.

Selama bertahun-tahun, penggalian situs Shang menghasilkan sejumlah besar benda menarik. Mulai dari benda giok kerajaan yang indah, bejana perunggu, dan penguburan yang menarik. Periode Dinasti Shang dikatakan sebagai periode pertama sejarah Tiongkok yang menyeberang dari kisah legenda kuno ke alam realitas.

Meski budaya dan teknologinya menarik untuk diteliti, arkeolog juga mendapatkan penemuan yang tidak terduga. Penemuan itu membuat arkeolog menyadari sejarah kelam dan kengerian di era itu.

Itu adalah bukti-bukti ritual pengorbanan manusia di era Dinasti Shang Tiongkok kuno. Para arkeolog dikejutkan oleh penemuan pengorbanan manusia di makam Dinasti Shang. Kerangka budak yang dibunuh dengan hati-hati ditempatkan menunjukkan praktik gelap ini. Tradisi sadis ini tampaknya hilang sama sekali di era Dinasti Zhou, penerus Dinasti Shang.

Salah satu penemuan terpenting terkait pengorbanan manusia di Tiongkok adalah Makam Fu Hao. Salah satu dari banyak permaisuri Raja Wu Ding, Fu Hao adalah seorang pendeta dan jenderal wanita yang kuat. Makamnya hanyalah salah satu dari sekian banyak makam kerajaan yang terletak di kota kuno Yinxu. “Itu adalah satu ibu kota akhir Dinasti Shang,” tambah Aleksa.

Selama bertahun-tahun, penggalian situs Shang menghasilkan sejumlah besar benda menarik. Mulai dari benda giok kerajaan yang indah, bejana perunggu, dan penguburan yang menarik. (Gary Todd)

Di dalam nekropolis yang mewah, para peneliti menemukan ribuan barang berharga. Tapi yang paling membuat mereka penasaran adalah sisa-sisa hewan dan manusia yang dimasukkan ke dalam makam Dinasti Shang. Tampaknya Lady Fu Hao tidak dimakamkan sendirian.

Menggali identitas orang yang menjadi sasaran ritual pengorbanan manusia

Arkeolog menemukan sebuah lubang kecil di bawah sisa-sisa jasad Fu Hao saat menggali situs tersebut. Di dalamnya dikuburkan enam ekor anjing yang disembelih. Kemungkinan alasan anjing-anjing itu ada di sana adalah untuk melindungi majikannya di akhirat.

Tapi anjing-anjing itu bukan penemuan yang paling mengerikan. Penggalian menghasilkan sisa-sisa 16 orang, yang semuanya dikorbankan dan dikuburkan dengan hati-hati. Dinasti Shang menyimpan beberapa rahasia yang sangat kelam.

Makam suram Fu Hao bukanlah kasus yang terisolasi. Selama bertahun-tahun, ibu kota Shang di Yinxu digali secara menyeluruh. Penggalian itu mengungkapkan sebuah area permakaman yang luas tempat para bangsawan dimakamkan. Korban-korban manusia ditemukan di sebagian besar makam tersebut. Terlebih lagi, area tersebut dipenuhi dengan lebih dari 2.500 lubang pengorbanan.

Doa dan menyenangkan para dewa kuno jelas penting bagi Dinasti Shang. Hal ini semakin diperkuat dengan banyak ditemukannya cangkang kerang dan tulang belulang hewan. Ini digunakan oleh peramal untuk alat ramalan untuk menanyakan pada almarhum apakah orang dan hewan harus dikorbankan atau tidak.

Yinxu, ibu kota terakhir Shang, dianggap sebagai tempat pengorbanan manusia pada zaman itu. Para peneliti percaya bahwa selama 200 tahun terakhir periode Shang, lebih dari 13.000 manusia dikorbankan di Yinxu.

Baca Juga: Fuji An: Raja Tiongkok Biseksual Terlalu Royal yang Dikhianati

Baca Juga: Qin Hui, Pengkhianat Terbesar Sejarah Tiongkok yang Penuh Dendam

Baca Juga: Pendengung Tiongkok Kuno Yakinkan Dunia untuk Minum Teh, Bukan Dimakan

Baca Juga: Kehidupan Nyeleneh dan Penuh Warna Kaisar Tiongkok Zhengde dari Ming

Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah laki-laki, berusia 15 hingga 35 tahun. Setelah penyelidikan lebih lanjut, ditemukan bahwa pengorbanan manusia dilakukan secara massal. 15 hingga 50 orang dibunuh secara bersamaan. Peristiwa pengorbanan manusia terbesar yang diketahui terjadi melibatkan setidaknya 339 orang.

Periode suram dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok

Berkat teknologi modern yang canggih, para arkeolog mampu mempelajari sisa-sisa manusia yang dikorbankan selama Dinasti Shang dengan sangat detail. Satu temuan penting adalah bahwa mayoritas korban telah tinggal di Yinxu selama beberapa tahun sebelum kematian mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka mungkin adalah budak. Hal ini sejalan dengan konteks sejarah Dinasti Shang yang sering berperang dengan musuh tetangga.

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari orang-orang ini bukan berasal dari Shang. Mereka kemungkinan besar dianggap sebagai orang luar pada saat itu. Sisa-sisa tengkorak menunjukkan kemiripan yang besar dengan orang Tionghoa modern.

Temuan mengungkapkan bahwa selain praktik perbudakan, Dinasti Shang juga menggunakan budak untuk persembahan melalui metode kejam dan brutal.

Orang Tiongkok kuno sangat mementingkan akhirat. Mereka memastikan agar para bangsawan dimakamkan dengan semua kemewahan yang mereka nikmati dalam hidup. Sayangnya, budak juga termasuk dalam kemewahan bangsawan di dunia dan akhirat.

Tidak diragukan lagi, era Dinasti Shang menandakan periode kelam di Kekaisaran Tiongkok.