Orang Tibet Menjulurkan Lidah untuk Memberi Salam, Apa Maknanya?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 14 April 2023 | 16:22 WIB
Berbeda dengan kebiasaan di tempat lain, orang Tibet memberi salam dengan menjulurkan lidahnya. Di balik tradisi unik ini, ada legenda yang menjelaskan asal-usul tradisi ini. (Phoebe A. Hearst/Museum of Anthropolgy)

Nationalgeographic.co.id—Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tradisi yang berbeda-beda. Apa yang dianggap normal di satu tempat, mungkin terlihat aneh bila dilakukan di tempat lain. Misalnya menjulurkan lidah digunakan untuk menyapa di Tibet. Ternyata, ada legenda di balik tradisi unik yang masih dilakukan hingga kini.

Mengapa orang Tibet menjulurkan lidah saat memberi salam?

Dalam budaya Tibet, menjulurkan lidah memiliki arti yang berbeda dengan di tempat lain, misalnya Di Indonesia. Secara umum, menjulurkan lidah itu dianggap sebagai ekspresi mengejek. Namun artinya jadi berbeda jika Anda melakukannya saat berkunjung ke Tibet atau bertemu dengan orang Tibet.

“Sering digunakan sebagai sapaan dalam budaya tradisional Tibet, menjulurkan lidah dipahami sebagai tanda persetujuan atau rasa hormat,” tulis Kelsie Dickinson di laman HITC.

Tradisi ini mungkin dikenal di luar Tibet berkat film Seven Years in Tibet yang dibintangi oleh Bratt Pitt yang berperan sebagai Heinrich Harrer. Dalam film itu, ada adegan di mana Harrer bertemu dengan sekelompok anak yang menjulurkan lidah padanya.

“Namun film tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang makna tindakan anak kecil itu,” tambah Shweta Sharma di laman Independent.

Legenda di balik tradisi menjulurkan lidah di Tibet

Menurut cerita rakyat Tibet, para pengikut Buddha mulai menjulurkan lidah untuk memisahkan diri dari Raja Tibet di abad ke-9. Raja Lang Darma terkenal karena kekejamannya dan dipercaya memiliki lidah hitam.

Tradisi menjulurkan lidah muncul karena mereka percaya akan reinkarnasi setelah kematian. Bagaimana bisa? Menjulurkan lidah adalah cara bagi orang Tibet untuk menunjukkan bahwa mereka bukanlah reinkarnasi dari Raja Lang Darma. Atau bahkan bukan raja yang kejam itu. Caranya dengan memamerkan bahwa lidah mereka tidak berwarna hitam, seperti sang raja yang jahat itu.

Seiring berjalannya waktu, kebiasaan ini menjadi salam umum yang digunakan saat orang Tibet bertemu orang lain.

Cara lain yang dilakukan orang Tibet untuk menyapa atau menunjukkan rasa hormat

Tashi delek adalah kata sapaan umum di Tibet. Tashi berarti keberuntungan dan delek berarti baik. “Sapaan ini berisi harapan terbaik seperti kesehatan dan keberuntungan yang baik,” tulis Catherine di laman Great Tibet Tour.