Kematian orang-orang terkasih itu membuatnya bersedih. Konfisius kemudian menaruh perhatian pada penyuntingan dan penulisan buku. Sebagian besar tulisannya menjadi mahakarya Konfusianisme dalam budaya Tiongkok.
Beberapa tahun kemudian, dia meninggal di kampung halamannya, tua dan sakit.
Sebuah kuil kemudian dibangun untuk mengenangnya, yang diperluas dan dibangun kembali beberapa kali pada abad-abad berikutnya.
Konfusius tumbuh dalam kemiskinan tetapi memiliki standar dan ambisi moral yang paling terhormat. Dia mengalami kekecewaan dan kesulitan yang tak terhitung jumlahnya tetapi tidak pernah menyerah pada mimpinya.
Terjun dalam dunia politik, Konfusius menjadi saksi pembantaian dan perang kejam yang tak terhitung jumlahnya. Belajar dari pengalaman, konsep esensi utama dari ideologinya adalah kebajikan.
Pada tahun 134 Sebelum Masehi, Kaisar Wu dari Han menghormati Konfusianisme sebagai ideologi yang dominan. Sejak saat itu, Konfusius dianugerahi sebagai raja suci dan terhormat oleh banyak kaisar dalam sejarah Tiongkok.
Dan sebagai salah satu filsuf Tiongkok terbesar, ide-idenya dipelajari, dikembangkan, dan diwariskan selama ribuan tahun. Bahkan hingga kini.
Ajaran dan warisan Konfusius
Konfusius sebagian besar diabaikan pada zamannya sendiri. Saat meninggal pada tahun 479 Sebelum Masehi, dia meninggalkan sekitar 3.000 siswa. “Semua muridnya mengabdikan diri untuk melestarikan dan menyebarkan ajaran guru mereka,” tulis Kristin Baird Rattini di National Geographic.
Pemikirannya tentang etika, perilaku baik, dan karakter moral ditulis oleh murid-muridnya dalam beberapa buku, yang terpenting adalah Lunyu.
Gagasan utama Konfusianisme adalah pentingnya memiliki karakter moral yang baik. Moral yang baik itu kemudian dapat memengaruhi dunia di sekitar orang tersebut.
Baca Juga: Alasan Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang Mengubur Hidup-Hidup Cendekiawan
Baca Juga: Bagaimana Awal Mula Kaisar Tiongkok Disebut Putra Surgawi oleh Rakyat?
Baca Juga: Mengapa Pemikiran Filsuf Konfusius Masih Relevan Hingga Saat Ini?
Jika kaisar memiliki kesempurnaan moral, pemerintahannya akan damai. Bencana alam dan konflik adalah akibat menyimpang dari ajaran kuno. Karakter moral ini dicapai melalui kebajikan ren, atau “kemanusiaan”. Ini mengarah pada perilaku yang lebih berbudi luhur, seperti rasa hormat, altruisme, dan kerendahan hati.
Konfusianisme percaya pada pemujaan leluhur dan kebajikan yang berpusat pada manusia untuk menjalani kehidupan yang damai. Aturan emas Konfusianisme adalah “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang Anda tidak ingin orang lain lakukan kepada Anda.”
Gagasan tentang berbakti, atau pengabdian kepada keluarga, adalah kunci pemikiran Konfusius. Pengabdian ini dapat berupa pemujaan leluhur, tunduk pada otoritas orang tua. Keluarga adalah kelompok terpenting dalam etika Konfusianisme. Pengabdian kepada keluarga hanya dapat memperkuat masyarakat di sekitarnya.
Ajaran Konfusius dengan antusias diadopsi sebagai ideologi Kekaisaran Tiongkok oleh Dinasti Han pada abad kedua Sebelum Masehi. Analects (Lunyu) terus memandu pemerintah dan individu selama ribuan tahun, menginformasikan dan memengaruhi sejarah dan peradaban Tiongkok dalam prosesnya.