Balada Peninggalan Perang Dunia II di Tambrauw yang Terbengkalai

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 18 April 2023 | 15:00 WIB
Alex Mambrasar (76 tahun) memamerkan peluru koleksinya. Ia juga mengoleksi berbagai peninggalan Perang Dunia II milik Sekutu. Ia berharap ada perhatian dari pemerintah agar museum peninggalan didirikan di kampungnya. (Garry Lotulung)

Nationalgeographic.co.id - Sekitar lima hingga tujuh kendaraan perang terbengkalai di Kampung Esmambo, Distrik Bikar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya. Kendaraan perang ini adalah jenis LVT yang berfungsi mengangkut tentara. Dari gayanya, jelas ini merupakan kendaraan perang milik Amerika Serikat yang memipin Sekutu di kancah Asia-Pasifik.

Kendaraan jenis LVT, sebenarnya dilengkapi dengan senapan mesin yang bisa menembak saat dikendarai. Namun, ketika saya melihat kumpulan kendaraan ini, beberapa di antaranya tidak memiliki senapan itu. Bagian-bagian penting lainnya juga sudah tidak ada karena diambil oleh tangan usil.

Sekitar satu hingga tiga kilometer ke utara, Samudra Pasifik terbentang. Saya menduga bahwa kendaraan ini diturunkan dari kapal persis di pesisir ini, kemudian ditarik hingga ke pedalaman hutan. Hal itu ditunjukkan dengan lahan luas terbuka, memanjang sampai ke pesisir, dan ujung satunya ke pos masuk tempat wisata ini.

"Di sini dulunya kota," kata Hans Mambrasar, tetua adat Biak Karon yang menemani perjalanan kami. "Kota? Kota seperti apa?" tanya saya yang merasa aneh jika ia menyebut pernah ada kota yang berdiri di sini. Sebab, pepohonan di sini berukuran besar dan menjulang tinggi, menandakan usianya yang mungkin hampir satu abad.

Sisa peninggalan Perang Dunia II milik Sekutu yang tertinggal di Werur, Kabupaten Tambrauw. Masih banyak yang tersembunyi di sekitar Werur, dan masih aktif. (Garry Lotulung)

"Ada tenda, ada api, ada tempat senjata di sini," lanjut Hans. Barulah saya mengerti bahwa maksud 'kota' adalah perkemahan tempat militer Sekutu.

Seperti yang disebutkan di awal, tempat ini terbengkalai. Pos penjaga situs terlihat kumuh. Situs ini dipegang oleh Tinus yang bekerja sebagai sekretaris kampung, karena berada kendaraan-kendaraan perang tersebut berada di kawasan tanah keluarganya.

Tempat ini sepi pengunjung. Selain itu, tidak adanya informasi di peta Google, membuatnya jarang disambangi publik. Meski demikian, Tinus mengatakan kepada saya, setiap tahun pasti ada pengunjung yang datang, dan belakangan jumlahnya meningkat.

Tahun 2021, kawasan ini sempat diperbaiki atas inisiatif Wakil Bupati Tambrauw, Mesak Metusala Yekwam. Kawasannya dibersihkan dan ditambahkan jembatan kayu untuk akses ke peninggalan tank dari pintu depan. Pemerintah Kabupaten Tambrauw menyadari, tempat ini berpotensi wisata yang tinggi.

Sayangnya, setiba saya di sana jembatan-jembatan itu terbengkalai, kotor dengan dedaunan yang jatuh dari pohon. "Siapa yang mau membersihkan? Saya dan keluarga tidak sanggup. Kebun ini luas," ujar Tinus. "Uangnya tidak ada untuk bersih-bersih, pengunjung juga jarang" Ia pun berharap supaya pemerintah kabupaten juga menyediakan insentif perawatan, tidak hanya sekadar membangun.

Ada pula Alex Mambrasar di kampung Werur, Kabupaten Tambrauw. Dia mengoleksi temuan-temuan Perang Dunia II sejak masih muda di perkebunan keluarganya. "Kampung ini masih banyak benda-benda tajam--besi-besi (sisa peninggalan Sekutu)," jelasnya. Sampai saat ini, peninggalan itu masih banyak yang terkubur di bawah tanah.

Tinus, penjaga kawasan peninggalan Sekutu di Tambrauw melihat sisa kendaraan LVT pengangkut tentara yang dipakai Sekutu untuk menghadapi Jepang dalam Perang Dunia II. (Garry Lotulung)