Keteguhan Iman dan Kesalehan Budak Muslim Bernama Salih Bilali

By Galih Pranata, Kamis, 20 April 2023 | 08:00 WIB
Ilustrasi yang menggambarkan seseorang sedang salat, sebagaimana Salih Bilali menjadi figur yang dikenang memiliki keteguhan iman dan kesalehan sebagai budak Muslim dalam histori Amerika Serikat. (Chester Higgins)

Nationalgeographic.co.id—Perbudakan adalah bagian yang tak terelakkan dari sejarah panjang berdirinya Amerika Serikat. Negeri yang penuh dengan paradoks ini telah mengadirkan sejumlah catatan kelam.

Seperti halnya tentang bagaimana Islam dan Ramadan telah diperkenalkan kepada segenap muslim modern di hampir 20 negara bagian dari Amerika Serikat, dipercaya telah diperkenalkan sejak lama oleh para budak.

Pemahaman dan kepercayaan tentang Islam dan bulan suci Ramadan, memiliki dinamika dan sejarah yang unik di Amerika Serikat. "Sejarawan mengeklaim bahwa agama Islam dan Ramadan diperkenalkan oleh para budak," tulis Lalia Alalli kepada The San Diego Union-Tribune.

Ia menuliskan kisah tentang awal masuknya Islam ke Amerika Serikat dalam sebuah artikel berjudul Here’s what the stories of enslaved Muslims teach us about Ramadan’s history in the U.S., yang diterbitkan pada 21 Maret 2023.

Islam adalah agama dengan pertumbuhan tercepat di negara ini, dan menjadi agama yang paling banyak dipraktikkan kedua di 20 negara bagian ini, setelah agama Nasrani.

Para ilmuwan sosial telah memperkirakan bahwa sebanyak 30% dari orang-orang Afrika yang diperbudak oleh bangsa Spanyol adalah Muslim. Kebanyakan dari Afrika Utara, serta beberapa berasal dari negara-negara di Afrika Barat dan Afrika Tengah.

Setibanya mereka di Amerika Utara, mempertahankan keyakinan Islam mereka sangat berat, karena mereka dipaksa untuk meninggalkan praktik keagamaan mereka. Mereka dipaksa untuk mengambil kebiasaan agama yang dipaksakan secara brutal oleh bangsa Spanyol.

Namun, muncul satu tokoh budak bernama Salih Bilali, seorang Muslim Afrika yang diperbudak dan dipekerjakan di Amerika Serikat. Ia menjadi figur yang dikenang memiliki keteguhan iman dan kesalehan transenden yang luar biasa.

Mengutip dari laman Slavery and Remembrance dalam artikelnya Salih Bilali of Massina, Bilali adalah seorang pria Muslim yang lahir di Massina atau Mali modern pada tahun 1770-an dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di pesisir Georgia di Amerika Serikat.

Ia berasal dari etnis Fula, seperti banyak Muslim yang diperbudak lainnya di Amerika. Setelah ditangkap sebagai budak saat berusia sekitar dua belas tahun, Salih Bilali tinggal dan bekerja di Bahama. Dari sana, dia dibeli oleh keluarga Couper di Pulau St. Simons, Georgia. Di sana ia akhirnya naik ke posisi penting dalam hierarki perkebunan.

Salih Bilali dikenang sebagai seorang Muslim yang taat, setia dan berdedikasi tinggi terhadap agama Islam, itu yang mendorongnya memiliki tanggung jawab besar dengan pekerjaannya.

Putra pemiliknya mengingatnya sebagai orang paling religius yang pernah dia kenal, dan mengeklaim bahwa kata-kata terakhirnya adalah, "Allah adalah Tuhan dan Muhammad adalah nabinya."

Keluarga Couper memuji Salih Bilali. Sementara Salih Bilali tidak pernah menulis otobiografinya sendiri, melainkan pemiliknyalah yang banyak menulis tentang kehidupan dan pengalaman hidupnya.

Berkat kecerdasan dan penilaiannya, Coupers menjadikannya sebagai kepala supir mereka pada tahun 1816. Posisi itulah yang kelak membuatnya bertanggung jawab atas lebih dari empat ratus pekerja yang diperbudak lainnya.

Salih Bilali sering mengelola perkebunan sendiri untuk waktu yang lama tanpa kehadiran pemiliknya. Ia dikenal amanah, sehingga keluarga Coupers merasa aman dan tenang menitipkan sejumlah aset kepadanya.

Perbudakan di Amerika Serikat mendorong tersebarnya agama Islam, hingga Ramadan dipercaya diperkenalkan oleh budak Muslim dari Afrika. (Slavery and Remembrance)
Sebagai seorang pemuda, Salih Bilali terus belajar membaca (tetapi tidak menulis) bahasa Arab sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah Islamnya di Massina. Di Georgia, dia terus berpegang teguh pada keyakinannya.

Terlepas dari tantangan yang ada di perkebunan, ia diketahui menyimpan dengan baik dan membaca Al-Qur'an. Coupers juga menyaksikan bahwa ia kerap salat dan berdoa setiap harinya.

Satu hal yang membedakannya dengan orang-orang kulit putih di Amerika, bahwa ia menolak alkohol, dan menjalankan kewajibannya di bulan Ramadan dengan berpuasa sejak pagi hingga menjelang malam.

Meskipun Islam memberi keringanan untuk tidak berpuasa apabila sedang bepergian jauh atau bekerja berat, banyak budak muslim menunjukkan kesalehan transenden dengan tetap berpuasa Ramadan.

Baca Juga: Bagaimana Budak Memperkenalkan Ramadan Kepada Amerika Serikat?

Baca Juga: Perunggu Benin Dibuat dari Mata Uang Eropa untuk Membeli Budak Afrika

Baca Juga: Kisah Wanita yang Selamatkan Budak Buronan hingga Dijuluki Nabi Musa

Baca Juga: Hürrem Sultan, Budak Rusia yang Jadi Permaisuri di Kekaisaran Ottoman 

Sebagaimana sunah dalam ajaran yang dipraktikan Nabi Muhammad SAW, memupuk kebersamaan dalam hal berbuka puasa adalah bagian yang melekat dalam praktik perbudakan para budak muslim.

Sayangnya, pertemuan sesama budak dianggap telah melanggar kode etik perbudakan. Tak pelak, sejumlah hukuman ditujukan bagi budak yang melanggar aturan hingga mendapat hukuman biadab yang dapat menyebabkan cidera, bahkan kematian.

Salih Bilali beruntung bisa menjaga keimanannya dan amalannya yang menuntut tanpa gangguan dari pemiliknya. Dia juga beruntung tinggal di daerah pesisir Georgia yang memiliki sejumlah besar Muslim yang diperbudak lainnya yang dapat berhubungan baik dan berinteraksi dengannya.

Sampai hari ini, berkat keteguhan iman dan perjuangan besar sejumlah budak muslim dari Afrika, Islam berkembang di negeri-negeri tempat mereka mengabdi. Bilali menjadi salah satu dari sekian banyak figur budak yang penting bagi perkembangan Islam di Amerika Serikat.