Nationalgeographic.co.id—Ji Kang (224—263), nama kesopanan Shuye, adalah sastrawan, filsuf, dan musisi yang luar biasa dari periode Tiga Kerajaan Tiongkok.
Ji Kang juga menjadi salah satu dari Tujuh Orang Bijak di Hutan Bambu yang menjauhkan diri dari politik berbahaya Tiongkok abad ketiga.
Dia dikenal bersama enam temannya yang lain, yaitu Ruan Ji, Shan Tao, Liu Ling, Ruan Xian, Xiang Xiu dan Wang Rong. Mereka adalah cendekiawan berbakat di era penuh gejolak ini yang mengabdikan diri lewat seni dan penyempurnaan.
Hal ini bermula ketika tahun 220, Dinasti Han yang bersatu dan makmur (202 SM—220 M) berakhir setelah Cao Pi memaksa Kaisar Xian dari Han untuk turun tahta. Setelah itu, era Tiga Kerajaan (220—280) dimulai.
Pada tahun 254, bupati Sima Zhao (211—265) memperoleh kekuasaan dan mulai menunjukkan ambisinya untuk merebut tahta.
Dengan persekongkolan tak berujung untuk kekuasaan, perang yang tak terhitung jumlahnya antar kerajaan, kesopanan yang memudar dan stabilitas masyarakat, banyak orang berbakat mulai menyembunyikan keyakinan politik mereka.
Ji Kang juga adalah seseorang yang pantang menyerah, tak kenal takut, dan selalu mengikuti kata hatinya selama era kacau yang tidak mentolerirnya.
Mengenal Ji Kang, Keturunan Bangsawan yang Berbakat
Ji Kang lahir dari keluarga bangsawan di Kekaisaran Wei Tiga Kerajaan dan cukup terkenal karena memiliki postur tubuh yang tinggi dan tampan.
Dia mengejar kebebasan mutlak, selalu membiarkan rambutnya tidak diikat. Dia dikenal sebagai salah satu tokoh yang tidak memiliki tata krama dalam budaya Tiongkok kuno.
Kegemarannya menjelajahi alam, sampai-sampai orang kerap meyakini Ji Kang adalah dewa ketika mereka melihatnya di hutan atau pegunungan.
Ji Kang menghina hierarki kacau dan etiket sosial yang rumit pada periode yang bergejolak ini. Oleh karena itu, puisi dan artikelnya memiliki gaya baru, murni, segar, dan alami tetapi penuh kebanggaan dan integritas.
Selain itu, kaligrafi dan lukisannya juga terkenal dan populer. Prestasi Ji Kang di bidang musik juga cukup luar biasa.
Ji Kang juga menulis buku tentang alat musik kuno dan beberapa lagunya yang indah. Dia telah menulis “Qin Fu” dan pandai memainkan “Guangling San”.
Mahir dalam musik, salah satunya adalah memainkan alunan musik yang sama namun bisa menggerakkan perasaan pendengarnya secara berbeda.
Akibatnya, penampilan dan bakatnya yang luar biasa membuatnya terkenal dan menarik banyak penggemar.
Pernikahan dengan Cucu Kaisar dan Dilema Politik
Hingga pada akhirnya, cucu perempuan Kaisar Wen dari Wei menikah dengan Ji Kang, yang memperoleh gelar bangsawan dan posisi politik.
Akan tetapi, Ji Kang mengundurkan diri dan tidak pernah terjun ke dunia politik. Ketika salah satu sahabatnya, Shan Tao, mencoba membujuknya untuk mengambil posisi politik yang penting, Ji Kang menulis sebuah artikel terkenal untuk memutuskan persahabatan mereka.
Selain itu, Ji Kang selalu menolak untuk berbicara dengan orang yang tidak dia hargai, tidak peduli seberapa mulia atau kayanya mereka.
Ji Kang tinggal bersama istrinya di dekat alam, tanpa beban. Dia menikmati musik, puisi, seni, menempa besi, dan persahabatan dengan teman baik.
Dijebak dan Pertunjukan Musik Terakhirnya
Namun, kesombongan dan keterusterangannya membuat beberapa orang yang berkuasa tidak senang.
Setelah Sima Zhao berangsur-angsur memperoleh kekuatan dan menunjukkan niat untuk merebut tahta, dia mencoba mendapatkan dukungan dari orang-orang terkenal, mulia, dan berpengaruh seperti Ji Kang, yang tidak pernah menurut.
Suatu kali ketika seorang teman menghadapi ketidakadilan, Ji Kang membelanya.
Ini memberi orang-orang yang sebelumnya tidak disukai Ji Kang, kesempatan bagus untuk menjebaknya. Segera, Sima Zhao memerintahkan untuk mengeksekusi Ji Kang.
Saat eksekusi, sekitar 3.000 siswa dari perguruan tinggi kerajaan memohon kepada Sima Zhao untuk membatalkan hukuman mati Ji Kang. Mereka memohon untuk mengizinkannya mengajar di perguruan tinggi tersebut, tetapi mereka gagal.
Baca Juga: Pendengung Tiongkok Kuno Yakinkan Dunia untuk Minum Teh, Bukan Dimakan
Baca Juga: Mengapa Seorang Kaisar Tiongkok Mempunyai Lebih dari Satu Nama?
Baca Juga: Kisah dan Warisan Konfusius, Filsuf Terkenal dari Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Konspirasi yang Menewaskan Yu Qian, Pejabat Setia Kekaisaran Tiongkok
Untuk terakhir kalinya, Ji Kang membawakan lagu terkenal "Guang Ling San" menggunakan Qin-nya, menikmatinya bersama semua orang di sekitarnya, lalu menghadapi eksekusi dengan damai.
Warisan Ji Kang
Eksekusi terjadi secara tiba-tiba, jadi Ji Kang tidak mengajarkan lagu luar biasa "Guang Ling San" kepada siapa pun. Skor musik lagu ini hari ini diatur ulang dari beberapa buku kuno.
Sebelum Ji Kang pergi, dia mempercayakan putranya kepada Shan Tao, teman yang telah dia putuskan di depan umum. Meskipun mereka berbeda pendapat politik dan sudah lama tidak berbicara, Shan Tao mencintai putra Ji Kang dan membesarkannya dengan baik.
Dua tahun setelah kematian Ji Kang, putra Sima Zhao merebut tahta dan membangun Dinasti Jin (266—420).
Sekitar setengah abad kemudian, putranya Ji Shao (253—304), sarjana brilian lainnya, berkorban untuk melindungi Raja Jin saat ini.