24 Abad Berlalu, Mengapa Kisah Atlantis Terus Memikat Banyak Orang?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 21 April 2023 | 12:00 WIB
24 abad yang lalu, Plato pertama kali menyebut soal Atlantis. Kisah Atlantis memikat banyak orang. Tidak sedikit yang berusaha mencarinya hingga kini. Apa yang membuat orang tidak berhenti mempercayai soal keberadaan Atlantis? (George Grie)

Pada saat itu, orang Eropa bergulat dengan perubahan besar dalam visi mereka tentang dunia. Visi mereka berkembang secara dramatis dengan meningkatnya kontak antara orang Eropa dan penduduk asli di Amerika dan Pasifik. Ini terjadi di Zaman Penjelajahan.

“Dunia barat sangat ingin mencoba dan memahami bagaimana bisa ada benua baru dengan orang-orang di dalamnya. Dari mana mereka berasal dan bagaimana mereka cocok dengan sejarah klasik,” kata Anderson. Alih-alih mengakui bahwa masyarakat adat bisa memiliki peradabannya sendiri yang maju, orang Eropa menggunakan kisah Atlantis sebagai penjelasan. Dengan cara itu, orang Eropa menjelaskan soal struktur dan masyarakat yang mereka temukan di Amerika.

Di antara mereka adalah Charles de Bourbourg. Ia adalah pendeta Prancis yang mengumpulkan teks Mesoamerika dan menghubungkan peradaban Maya dengan kehidupan nyata Atlantis. Tulisan De Bourbourg kemudian menginspirasi arkeolog Augustus Le Plongeon untuk menemukan Atlantis di Yucatan pada akhir abad ke-19.

Utopia yang hilang?

Para ahli teori Atlantis masa lalu mencari pulau yang hilang di Mediterania, Pasifik, Atlantik, bahkan Skandinavia. Tetapi para pencari Atlantis dapat menghemat waktu jika mereka memulai pencarian mereka di Athena, menurut Dibble.

Arkeologi Yunani menunjukkan mengapa Atlantis bukanlah tempat yang nyata sejak awal. Dan mengapa kita seharusnya tidak mencarinya,” kata Dibble. Ia telah melakukan penelitian ekstensif di reruntuhan kuno Athena dan sedang menulis buku tentang mitos Atlantis.  

Dalam dialog-dialog Plato, sang filsuf menghadirkan Atlantis sebagai taklukan bagi negara-kota Athena. Tetapi bahkan ciri-ciri geografis dalam catatannya tentang Athena tidak sesuai dengan catatan arkeologis.

“Ini bukan sesuatu yang memiliki inti sejarah,” tambah Dibble. Kota fiktif Plato juga tidak muncul dalam karya seni dari masa hidup Plato. Fakta ini menunjukkan bahwa Atlantis adalah produk imajinasi filsuf dan bukan kepercayaan publik yang tersebar luas.

Orang terus memburu Atlantis

Kurangnya bukti sejarah aktual yang mendukung dialog Plato tidak menghentikan orang untuk melanjutkan perburuan. Mereka bersikeras bahwa para arkeolog menyembunyikan bukti kota yang hilang dari publik.

“Gagasan bahwa para arkeolog akan menutupi sesuatu atau tidak mempublikasikan sesuatu itu menggelikan,” kata Anderson. Kini baik Anderson maupun Dibble berusaha melawan kepercayaan publik soal Atlantis yang hilang itu.

Bagi Anderson, banyak orang yang terjebak dalam dunia fantasi yang diciptakan oleh para penulis kisah fiksi. Ini adalah dunia yang menyenangkan bagi imajinasi, tetapi ini bukan penelitian arkeologi yang sebenarnya.