24 Abad Berlalu, Mengapa Kisah Atlantis Terus Memikat Banyak Orang?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 21 April 2023 | 12:00 WIB
24 abad yang lalu, Plato pertama kali menyebut soal Atlantis. Kisah Atlantis memikat banyak orang. Tidak sedikit yang berusaha mencarinya hingga kini. Apa yang membuat orang tidak berhenti mempercayai soal keberadaan Atlantis? (George Grie)

Lalu ada fakta bahwa klaim tentang Atlantis tidak semuanya menyenangkan. Spekulasi abad ke-19 tentang Atlantis membantu mengilhami teori rasial di balik Nazisme. Salah satunya adalah klaim bahwa benua itu adalah tanah air bangsa Arya yang unggul secara rasial.

Anderson dan Dibblle menambahkan bahwa pencarian Atlantis merusak karya arkeolog yang sah. Penemuan nyata mereka di semua benua dapat diabaikan atau tidak dipercaya karena fiksasi publik yang terus-menerus pada khayalan.

“Saat orang terpikat dengan ide ini, jauh lebih mudah untuk berhenti percaya pada ahlinya,” kata Dibble. “Itu bisa menjadi hiburan bagi sebagian orang, tetapi bagi yang lain itu adalah pintu gerbang menuju teori konspirasi yang lebih gelap.”

Atlantis adalah orang jahat dalam kisah Plato

Jika orang tertarik dengan Atlantis, mereka mungkin fokus pada bagian lain dari kisah kuno yang memicu imajinasi hingga kini.

Bagi Dibble, bencana alam yang melekat dalam kisah Atlantis menunjukkan betapa mudahnya berfokus pada banjir atau gempa bumi alih-alih ancaman iklim.

Baca Juga: Mengapa Para Arkeolog Tidak Mencari Atlantis si 'Kota yang Hilang'?

Baca Juga: Kontestasi Atlantis: Pertentangan Gagasan Plato dan Donnelly

Baca Juga: Yonaguni-Jima: Antara Atlantis atau Fenomena Alam di Laut Jepang

Baca Juga: Lima Kota Hilang Legendaris yang Belum Ditemukan Selain Atlantis 

Padahal, ancaman iklim juga menimbulkan bencana seperti kekeringan dan krisis pangan. Bagi Anderson, ada baiknya melihat kisah yang sebenarnya ingin diceritakan Plato, alih-alih membuang waktu mencari pulau yang hanya ada untuk membuktikan aspek filosofis.

“Menurut Plato, Atlantis berusaha menghancurkan peradaban,” kata Anderson. “Atlantis adalah orang jahat dalam cerita Plato.”

Alih-alih terobsesi dengan kemungkinan keberadaan pulau itu, kata arkeolog, ada baiknya meninjau kembali eksplorasi keangkuhan Plato sendiri.

Demikian juga tentang bahaya kekuasaan yang tidak terkendali. Hal itu merupakan tema yang masih bergema dengan sangat baik sekitar 24 abad setelah filsuf pertama menceritakan kisahnya.