Nationalgeographic.co.id—Wanrong menjadi wanita terakhir yang menyandang gelar permaisuri di Kekaisaran Tiongkok. Ia lahir pada 13 November 1906 di Beijing. Ia menikah dengan Puyi, Kaisar Tiongkok yang terakhir. Alih-alih bahagia, Wanrong yang cantik dan cerdas justru menjalani kehidupan yang tragis hingga akhir hayatnya.
Putri pejabat Kekaisaran Tiongkok yang mendapat pendidikan yang baik
Terlahir sebagai Gobulo Wanrong (Gobulo adalah nama klannya) dari Rongyuan, Menteri Dalam Negeri Dinasti Qing, ibunya meninggal setelah kelahirannya. Wanrong dibesarkan oleh ibu tirinya, Aisin Gioro-Hengxian dan ayahnya.
“Meski ia seorang anak perempuan, sang ayah percaya bahwa Wanrong harus mendapatkan pendidikan yang baik,” tulis Linda Speckhals di laman Colorized.
Calon permaisuri masa depan itu mengenyam pendidikan di sekolah misionaris Amerika di Tianjin. Di sana ia belajar bahasa Inggris dan piano. Terampil dalam kaligrafi, sastra, musik, dan lukisan, gadis berbakat ini tidak hanya mempelajari budaya Tiongkok tetapi juga barat.
Menikah dengan Kaisar Tiongkok yang terakhir
Pada tahun 1911, Dinasti Qing digulingkan oleh Republik Tiongkok tetapi gelar dan perlakuan kekaisaran tetap ada. Saat itu, Puyi masih memiliki gelar Kaisar Xuantong dari Kekaisaran Tiongkok.
Pada tanggal 1 Desember 1922, Wanrong menikahi Puyi. Upacara pernikahan bergaya kekaisaran diadakan di Kota Terlarang sebelum fajar menurut adat Manchu.
Sebelum menikah, Ibu Suri menunjukkan Puyi foto gadis-gadis cocok untuk sang kaisar. Puyi awalnya memilih Wenxiu, tetapi ibu suri tidak menyetujuinya. Puyi pun akhirnya setuju untuk menikahi Wanrong. Namun ia mempertahankan Wenxiu sebagai selirnya.
Puyi menikahi Wanrong dan Wenxiu pada malam yang sama, 21 Oktober 1922. Di malam pernikahan, Puyi, Wanrong dan Wenxiu pergi ke Istana Ketenangan Duniawi untuk menyempurnakan pernikahan. Tetapi Wanrong dikabarkan melarikan diri dan meninggalkan keduanya. Ia memilih untuk tidur sendirian.
Kaisar dan permaisuri diusir dari Kota Terlarang
Selama berada di Kota Terlarang, mantan guru piano Wanrong, Isabel Ingram, datang untuk tinggal di sana. Di istana, Ingram menjadi tutor Wanrong. Wanrong dan Puyi menentang tradisi istana dengan pergi minum teh di luar Kota Terlarang bersama Reginald Johnston, guru bahasa Inggris Puyi.