Nationalgeographic.co.id—Selama berabad-abad, Batu Takdir (Stone of Destiny)—juga dikenal sebagai Batu Scone—telah memainkan peran kunci dalam penobatan raja Skotlandia dan Inggris. Blok batu pasir merah akan ditempatkan di kursi penobatan pada penobatan Charles III 6 Mei 2023. Batu ini diselimuti misteri dan mitos sejak lama. Namun analisis terbaru dari batu itu memberikan wawasan kepada para peneliti tentang asal-usulnya.
Analisis Batu Takdir yang akan digunakan dalam peristiwa bersejarah Britania Raya
Para ahli di Historic Environment Scotland (HES) menggunakan alat pemindaian canggih untuk membuat model 3D dari batu tersebut. “Tim juga melakukan analisis fluoresensi sinar-X yang mengungkap komposisi unsur objek,” tulis Teresa Nowakowski di laman Smithsonian Magazines.
Mereka menemukan beberapa tanda yang sebelumnya tak terlihat. Tanda-tanda itu mungkin berupa angka Romawi serta jejak paduan tembaga dan plester gipsum. Selain itu ada juga tanda perkakas yang tertinggal saat batu asli diukir dan saat perbaikan tahun 1951.
“Penemuan tanda-tanda yang sebelumnya tidak tercatat adalah signifikan. Sementara pada titik ini kami tidak dapat mengatakan dengan pasti apa tujuan atau maknanya. Tanda-tanda ini menawarkan kesempatan yang menarik untuk bidang studi lebih lanjut,” kata Ewan Hyslop, kepala dari penelitian dan perubahan iklim di HES.
Meski tim peneliti belum memiliki jawabannya sekarang, namun apa yang ditemukan menjadi bukti berbagai kegunaan batu dalam sejarah. Juga bisa berkontribusi pada fakta soal sumber dan keaslian batu legendaris itu.
Ewan Campbell, seorang arkeolog di University of Glasgow, mengatakan bahwa ia menemukan adanya paduan tembaga pada batu itu. Menurutnya penemuan itu lebih penting daripada penemuan tanda-tanda tak dikenal.
Sisa-sisa tembaga itu menunjukkan beberapa objek. “Mungkin peninggalan seperti lonceng orang suci, ditempatkan di atas batu untuk waktu yang lama,” tutur Campbell.
Penelitian memungkinkan untuk menemukan informasi tentang cara pembuatan Batu Takdir
Proyek penelitian juga memungkinkan para ahli untuk melihat lebih dekat tanda perkakas pada batu. Tanda itu menegaskan bahwa batu dikerjakan secara kasar oleh lebih dari satu tukang batu dengan sejumlah alat berbeda.
Penemuan baru telah menawarkan wawasan berharga tentang sejarah batu itu. Tapi masih banyak yang bisa dipelajari, kata Sally Foster, seorang sejarawan di University of Stirling di Skotlandia. Sisa-sisa plester yang ditemukan di atas batu, misalnya, tidak memiliki asal usul yang tercatat.
Informasi tentang asal-usul batu tidak jelas hingga kini