Demam Babi Afrika Mengintai Asia Tenggara, Bagaimana Mencegahnya?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 28 April 2023 | 13:30 WIB
Virus demam babi afrika mengintai Asia Tenggara. Meski tidak menyerang manusia, ada peternak mengalami kerugian. Bagaimana penanggulangannya? (Lutfi Fauziah)

Petani dan peternak akan diberi kompensasi atas kerugian ini. Di sisi lain, kata Pfeiffer, kampanye ini justru menggeser peran babi ternak dengan babi industri. Dia menerangkan, sebelum merebaknya virus ini, ada 40 juta peternak kecil babi. Namun, jumlahnya dipotong setengahnya dan pasar daging babi direbut oleh industri besar.

Sementara beberapa negara Asia Tenggara tidak bisa menerapkan yang Tiongkok lakukan. Pfeiffer mengatakan, sebagian besar peternak di Asia Tenggara memelihara babi 10 hinga 20 ekor. Tentunya, jika menerapkan langkah Tiongkok akan menyebabkan kehilangan pendapatan bagi peternak, bahkan pemerintah sekalipun memberi kompensasi.

Babi berjanggut di hutan hujan Kalimantan atau Borneo. (Jessica Suarez via Berkeley Rausser )

"Secara realistis kita tidak dapat terus memusnahkan babi, tidak menyelesaikan masalah," tuturnya.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) punya pedoman untuk menangkal penyebaran demam babi Afrika. Mereka merekomendasikan agar peternak kecil membatasi pergerakan babi, membatasi pengunjung peternakan, mendisfeksi kandang dan kendaraan secara terartur, dan menggunakan pakaian dan sepatu bot bersih sebelum menggembala.

Langkah ini merupakan cara yang berfokus pada peningkatan biosekuriti untuk menahan wabah. Penerapannya pernah diuji di Filipina.

Baca Juga: Di Hutan Hujan Kalimantan, Manusia dan Babi Berjanggut Saling Terikat

Baca Juga: Peran Anjing Bagi Kehidupan Yunani, Memburu Babi Hutan Hingga Perang

Baca Juga: Kornea Rekayasa dari Kulit Babi Ini Memulihkan Penglihatan Tunanetra

Baca Juga: Teknologi Ini Memulihkan Fungsi Sel Organ pada Babi Setelah Kematian

Baca Juga: Sekerat Hikayat Menu Babi Nusantara sampai Resep Warisan Bung Karno

Sementara itu, babi liar endemik Asia Tenggara seperti babi hutan dan babi berjanggut juga harus dipikirkan dalam stretegi menghadapi demam babi Afrika. Namun, tidak semuanya dapat dipantau. Babi berjanggut yang merupakan endemik di Kalimantan, belakangan tidak muncul di kamera pemantauan.

"Salah satu kesulitan terbesar dalam memahami skala penyebaran ASF [di alam liar] adalah, kurangnya data yang akurat," kata Sui Heon, ekolog lapangan Southeast Asia Rainforest Research Partnership.

Pemerintah Malaysia pun menerapkan pelarangan perburuan hewan di Sabah demi melindungi babi liar. Hal ini disebabkan jumlahnya yang semakin sedikit oleh berbagai ancaman. Akan tetapi, penanggulangan penyebaran demam babi Afrika bagi babi liar akan menjadi tantangan. Sebab, akan sulit menangkap dan memvaksinasi.

Itu sebabnya, para ahli cenderung memilih pengendalian demam babi Afrika dengan cara biosekuriti, bukan vaksinasi.