Ternak Lebah Madu Perkotaan Berdampak Buruk pada Populasi Lebah Liar

By Wawan Setiawan, Minggu, 7 Mei 2023 | 07:00 WIB
Lebah madu mengunjungi bunga di Bath, Inggris. (Nick Upton /2020VISION/Nature Picture Library/Corbis)

Nationalgeographic.co.id―Siapa yang belum menerima sepanci madu rumahan dari teman atau kerabat yang memutuskan untuk beternak lebah di kota? Mungkin kita sangat berharap mendapatkan hadiah manis itu, tetapi minat baru mereka pada pertanian lebah perkotaan mungkin berdampak buruk bagi keanekaragaman hayati setempat.

Sebuah tim yang dipimpin oleh para peneliti Concordia berpendapat bahwa pertumbuhan pesat pemeliharaan lebah madu perkotaan selama dekade terakhir mungkin berdampak negatif terhadap populasi lebah liar di sekitarnya.

Pendapat mereka itu diterbitkan dalam jurnal PeerJ bertajuk “Decline in wild bee species richness associated with honey bee (Apis mellifera L.) abundance in an urban ecosystem.”

“Lebah kecil dengan rentang mencari makan terbatas mungkin sangat berisiko,” tulis mereka.

Para peneliti membandingkan data populasi lebah yang dikumpulkan dari lokasi di sekitar pulau Montreal pada 2013 dengan data yang mereka kumpulkan di lokasi yang sama pada musim panas 2020.

"Kami menemukan bahwa situs dengan peningkatan terbesar populasi lebah madu di seluruh lokasi dan tahun juga memiliki spesies lebah liar paling sedikit," kata Gail Macinnis, mantan peneliti pascadoktoral Concordia dan penulis utama studi tersebut.

Etienne Normandin dari Université de Montréal dan Carly Ziter, asisten profesor di Departemen Biologi, adalah rekan penulisnya.

Museum of Fine Arts memiliki beberapa koloni lebah madu baru di atap pusat kota St. Petersburg. (Allison Lynn Photography)

Menurut Kementerian Pertanian, Perikanan, dan Pangan Quebec, jumlah koloni lebah madu di pulau Montreal telah meningkat lebih dari dua belas kali lipat. Pada 2013, ada kurang dari 250 koloni. Jumlah itu telah membengkak menjadi hampir 3.000 pada tahun 2020.

Lebah madu bukan asli daerah tersebut, catat para peneliti. Oleh karena itu, jenis lebah ini bersaing dengan hampir 180 spesies lain untuk mendapatkan sumber daya seperti serbuk sari dan nektar, seperti yang diidentifikasi dalam penelitian tahun 2013.

Para peneliti mengunjungi 15 lokasi di seluruh pulau Montreal yang diketahui menarik penyerbuk. Situs yang dikunjungi termasuk kebun masyarakat, kuburan dan taman kota besar.

Para peneliti menggunakan sistem standar pan trap triplets - mangkuk warna-warni yang dirancang untuk menarik lebah - dan jaring untuk mengumpulkan sampel mereka.

Setiap lokasi diambil sampel lima kali antara akhir Juni dan awal September 2020, dengan total ukuran sampel 6.200 lebah. Para peneliti juga mengukur faktor penting lain yang memengaruhi populasi lebah liar, seperti habitat dan ketersediaan sumber bunga.

Hampir 4.000 sampel ternyata adalah lebah liar yang termasuk dalam 120 spesies. Sekitar 2.200 adalah lebah madu. Sebaliknya, pada 2013, sekitar 5.200 lebah dikumpulkan di lokasi serupa. Hampir semua sampel ini adalah lebah liar yang termasuk dalam 163 spesies.

Analisis statistik dilakukan di seluruh lokasi pada tahun 2020 tentang keanekaragaman lebah liar; sifat lebah dan kelimpahan lebah madu; komposisi komunitas lebah liar; dan penipisan polen. Analisis serupa membandingkan komunitas lebah tahun 2013 dan 2020.

Studi tersebut menemukan bahwa kekayaan spesies lebah liar menurun secara signifikan. Kelimpahan lebah madu meningkat tetapi tetap sama dengan tingkat tahun 2013 di daerah di mana populasi lebah madu relatif lebih rendah. Kelimpahan lebah madu juga dikaitkan dengan penipisan serbuk sari pada bunga semanggi putih.

Para peneliti berpendapat bahwa pertumbuhan yang cepat dalam pemeliharaan lebah madu perkotaan selama dekade terakhir mungkin berdampak negatif terhadap populasi lebah liar di sekitarnya. (Beeing on Unsplash)

Macinnis menunjukkan bahwa kurangnya pendaftaran atau peraturan mempersulit mempelajari populasi lebah.

Memahami kepadatan koloni lebah madu sangat penting, katanya, karena hanya satu koloni lebah madu yang dapat mendukung hingga 50.000 individu.

“Kita perlu menyediakan makanan jika ingin mendukung populasi lebah yang besar. Tetapi kita juga perlu berhati-hati dengan kepadatan populasi, terutama untuk lebah yang dikelola secara komersial, karena rentan terhadap banyak penyakit,” katanya.

"Masalah ini bisa menjadi sangat buruk ketika ada banyak peternak lebah baru di daerah tersebut. Mereka mungkin tidak memiliki pengetahuan tentang pengendalian hal-hal seperti tungau, virus, dan patogen lainnya," tambahnya.

Baca Juga: Selidik Sains: Mengapa Gajah Takut pada Lebah?

Baca Juga: Tanya Lebah, Bakteri dan Jamur Apa yang Mengintai di Kota Anda?

Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Jumlah Serangga di Bumi Menurun Drastis?

Baca Juga: Dunia Hewan: Lebah Sosial Tempuh Jarak Lebih Jauh untuk Cari Makanan

Peternakan lebah menyediakan produk pertanian yang berharga bagi manusia dalam bentuk madu.

“Kekhawatiran saya adalah peternakan lebah perkotaan sering disalahartikan sebagai solusi hilangnya keanekaragaman hayati,” tambah Ziter. "Sama seperti kita tidak akan menganjurkan memelihara ayam di halaman belakang untuk menyelamatkan burung, kita juga tidak boleh mencari peternakan lebah untuk menyelamatkan lebah. Penting agar tindakan kita sesuai dengan tujuan atau motivasi kita."

"Jika tujuan kita adalah untuk meningkatkan keanekaragaman hayati perkotaan, kita jauh lebih baik menanam kebun penyerbuk daripada menambahkan lebih banyak sarang lebah perkotaan," pungkasnya.