Dunia Hewan: Tes Kognitif Membuktikan Kecerdasan Burung Gagak

By Ricky Jenihansen, Senin, 1 Mei 2023 | 11:00 WIB
Gagak, si burung pintar. Seberapa cerdaskah burung ini dibanding monyet? (Thinkstockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Dalam dunia hewan, burung gagak terkenal pintar. Satwa ini tidak hanya dapat menggunakan berbagai alat—termasuk alat musik—tetapi burung gagak juga memahami konsep nol dan mengikuti analogi dasar. Sekarang sebuah studi baru, tes kognitif membuktikan bahwa burung gagak juga dapat memahami pola rekursif.

Seperti diketahui, pola rekursif adalah pola yang sering digunakan dalam dunia matematika. Pola rekursi merupakan proses pengulangan sesuatu dengan cara kesamaan diri.

Studi baru ini menunjukkan bahwa pemahaman burung gagak tentang satu prinsip kognitif kompleks, khususnya pola rekursif lebih baik daripada monyet dan sebanding dengan anak kecil.

Para peneliti menemukan bahwa gagak dapat membedakan elemen berpasangan yang terkubur dalam urutan yang lebih besar, sebuah kemampuan kognitif yang dikenal sebagai rekursif.

Perhatikan kalimat: "Kucing yang dikejar anjing mengeong." Meskipun kalimat tersebut diakui sebagai mimpi buruk tata bahasa, kebanyakan orang dewasa akan segera memahami bahwa kucing mengeong dan anjing mengejar kucing tersebut.

Kemampuan untuk memasangkan elemen seperti "kucing" dengan "meong" dan "anjing" dengan "mengejar" dalam sebuah kalimat, atau urutan apa pun, pernah dianggap sebagai sifat unik manusia.

Studi baru ini, bagaimanapun, menunjukkan bahwa gagak juga bisa melakukannya. Penelitian terbaru ini didasarkan pada karya sebelumnya yang menunjukkan adanya penalaran rekursif di antara monyet.

Temuan tersebut telah dijelaskan para peneliti di jurnal Science Advances yang merupakan jurnal akses terbuka. Jurnal tersebut diterbitkan dengan judul "Recursive sequence generation in crows" belum lama ini dan bisa diperoleh secara daring.

"Salah satu fitur kognisi komunikatif manusia yang paling menonjol mungkin ternyata tidak spesifik pada manusia," penulis utama Diana A. Liao. Dia merupakan nseorang kandidat postdoctoral di University of Tübingen di Jerman, mengatakan kepada Live Science melalui email.

Tata bahasa bukan satu-satunya tempat di mana rekursif terjadi. Telinga kita dapat membedakan frase musik dalam bagian yang lebih besar. Sementara itu pikiran kita dapat menyisihkan ekspresi matematis yang disematkan di antara tanda kurung.

Sebuah studi menunjukkan pola ini terbit dalam jurnal Science Advances dengan judul "Recursive sequence generation in monkeys, children, U.S. adults, and native Amazonians" pada 2020. Temuannya, manusia dapat mengikuti pola rekursif, bahkan tanpa latar belakang formal dalam membaca dan matematika.

Dalam penelitian tersebut, orang-orang dari suku Amazon yang terisolasi mengidentifikasi pola rekursif serta orang dewasa yang tinggal di AS.