Forsty, Paus Pembunuh Putih yang Sangat Langka Akibat Leucism

By Ricky Jenihansen, Selasa, 2 Mei 2023 | 11:00 WIB
Frosty, julukan untuk paus pembunuh dengan leucism, suatu kondisi yang mengakibatkan hilangnya sebagian pigmentasi pada hewan, menyebabkan warna putih, pucat pada kulit, rambut, bulu, sisik, atau kutikula, tetapi tidak pada mata. (Michael Pierson / Ocean Society)

Nationalgeographic.co.id—Paus pembunuh atau paus orca dengan tubuh yang sebagian besar berwarna putih, muncul di lepas pantai California, Amerika Serikat. Paus orca tersebut diperkirakan memiliki kondisi terkait pigmen yang disebut leucism, kondisi yang sangat langka dalam dunia hewan.

Menurut mereka, paus orca dengan kondisi langka ini bukanlah albino. Kondisi di mana melanin tidak ada pada paus tersebut, yang berfungsi memberikan warna pada kulit, bulu rambut dan mata.

Sementara leucism adalah hilangnya sebagian pigmentasi, sehingga membuat hewan tersebut menjadi berwarna putih. Dan tidak seperti albino, leucism tidak berpengaruh pada mata, sehingga mata masih berwarna sesuai pigmennya.

Leucism sering keliru dibedakan dengan albino, padahal keduanya adalah kondisi yang berbeda. Sehingga orang menyebut kondisi leucism juga sama dengan kondisi albino, padahal sangat berbeda.

Kedua kondisi ini tidak dikategorikan “tidak normal” karena perbedaan tersebut adalah bukti keragaman hayati. Tidak ada istilah normal atau tidak, yang ada hanya keragaman hayati.

Pengamat paus di lepas pantai California kali ini telah menyaksikan pemandangan yang sangat langka. Orca putih muda (Orcinus orca) ini, yang hampir seluruhnya putih kecuali bercak gelap pada sirip punggung dan moncongnya, kemungkinan besar memiliki kondisi terkait pigmen yang tidak biasa.

Orca muda dengan warna yang tidak biasa ini, dijuluki "Frosty", adalah jantan berusia 3 tahun yang sudah dikenal oleh pengamat paus dan peneliti orca di daerah tersebut.

Pada tanggal 24 April, sebuah kapal pengamat paus melihat Frosty bersama enam orca lainnya sekitar 8 mil atau sekitar 13 kilometer di lepas pantai Malibu, menurut laporan tersebut.

Kapal tersebut kemudian memberi tahu kapal lain di area tersebut, termasuk kapal milik Newport Coastal Adventure, yang krunya memfilmkan Frosty dengan drone ketika mereka tiba di lokasi.

Fotografer margasatwa Mark Girardeau juga mengabadikan rekaman Frosty dan teman cetacea-nya (bangsa paus) dari atas kapal Newport Coastal Adventure.

Ketujuh orca itu milik pod yang dikenal sebagai CA216—sekelompok paus bungkuk, yang telah terlihat sejauh selatan perbatasan Meksiko dan sejauh utara Kanada, tulis Girardeau di Instagram.

Paus bungkuk adalah ekotipe, atau subspesies, dari orca yang memiliki jangkauan geografis yang luas, sedangkan orca yang berkerabat dekat sering tinggal di tempat yang sama sepanjang hidup mereka.

Orca langka tidak memiliki albinisme karena memiliki bercak gelap. Sebagai gantinya, ada dua kondisi yang bisa membuat orcas berwarna putih tidak sempurna.

Seekor paus orca atau paus pembunuh terdampar di pantai Banyuwangi. (Rendra Kurnia/National Geographic Indonesia)

Salah satunya adalah leucism, yang merupakan kondisi genetik yang menyebabkan sebagian atau semua sel hewan berhenti memproduksi melanin - pigmen yang memberi warna pada kulit, rambut, bulu, dan mata hewan.

Kondisi lainnya adalah sindrom Chediak-Higashi, kelainan genetik resesif yang sangat langka yang juga memengaruhi produksi melanin.

"Paus orca dengan sindrom Chediak-Higashi akan sangat mudah memar dan rentan terhadap infeksi bakteri," kata Erich Hoyt, peneliti di Whale and Dolphin Conservation (WDC) di Inggris, kepada Live Science melalui email.

Hoyt juga penulis "Encyclopedia of Whales, Dolphins dan Porpoise" (Firefly Books, 2017). Hoyt telah menghabiskan sebagian besar hidup saya bekerja dengan paus dan lumba-lumba serta makhluk laut lainnya di lebih dari 60 negara.

"Akibatnya, kondisi tersebut seringkali bisa berakibat fatal," tambahnya.

Sindrom Chediak Higashi (CHS) adalah penyakit langka pada sistem kekebalan dan saraf. Ini melibatkan rambut, mata, dan kulit berwarna pucat.

Penyakit tersebut menyebabkan kelainan resesif autosom yang ditandai dengan mudah memar, albinisme okulokutan, dan infeksi piogenik berulang.

Cacat ini disebabkan oleh mutasi pada protein pengatur lisosom yang menyebabkan penurunan mekanisme tubuh dan dapat menyebabkan infeksi bakteri berulang.

Tapi warna putih Frosty kemungkinan besar disebabkan oleh leucism, karena ia tampaknya dalam keadaan sehat, kata Hoyt. Pakar lain setuju dengan penilaian ini.

Baca Juga: Dunia Hewan: Induk Orca Membayar Mahal Untuk Merawat Anak Jantannya

Baca Juga: Tisu Toilet Beracun Ditemukan Pada Paus Orca yang Terancam Punah

Baca Juga: Kesunyian yang Dirindukan Hewan Laut Terganggu Karena Kebisingan Kita

Baca Juga: Keindahan dalam Kebuasan, 70 Orca Memangsa Paus Biru di Tengah Laut 

Hewan dengan leucism atau albinism seringkali berada pada posisi yang tidak menguntungkan secara evolusioner. Hal itu karena mereka lebih mudah menonjol dari pemangsa dan kulitnya lebih sensitif terhadap sinar matahari.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan kulit terbakar dan meningkatkan risiko kanker, yang berarti tingkat kelangsungan hidup mereka di alam liar rendah.

Namun, Frosty tidak memiliki masalah ini: gaya hidup akuatiknya melindunginya dari paparan sinar matahari yang berlebihan, dan orca tidak memiliki predator nyata, kata Hoyt kepada Live Science.

Alhasil, selama ia berhasil bertahan hidup hingga dewasa, Frosty kemungkinan besar akan menjalani kehidupan normal.

Ini bukan pertama kalinya orca putih terlihat oleh pengamat paus.

Pada Juli 2021, sepasang orca dewasa penderita albino terlihat berenang berdampingan di Jepang. Pasangan ini sangat menarik karena sangat tidak mungkin menemukan dua orca putih di pod yang sama.

Warna mereka yang tidak biasa juga menonjolkan jumlah tanda lecet dan goresan. Tanda tersebut tertinggal di tubuh mereka setelah bermain-main dengan paus orca lain.