Mayoritas Responden Studi Tidak Tahu Cara Melindungi Gajah Sumatra

By Utomo Priyambodo, Kamis, 4 Mei 2023 | 16:30 WIB
Ilustrasi gajah sumatra. Konflik antara manusia dan gajah sumatra telah berlangsung selama bertahun-tahun. Mampukah kita hidup bersama salah satu satwa tercerdas di bumi itu? (Leo Lintang/Thinkstock)

Baca Juga: Mayoritas Masyarakat Tidak Tahu Tujuan Melindungi Gajah Sumatra

Baca Juga: Bertubuh dan Berkontribusi Besar, Bisakah Gajah Menyelamatkan Bumi?

Baca Juga: 100 Tahun Gajah: Lihat Bagaimana Nat Geo Memotret Makhluk Ikonik Ini 

Lebih lanjut, berdasarkan hasil studi ini, sebagian besar responden memiliki pengetahuan bahwa gajah adalah hewan yang dilindungi (74,2%) karena hewan langka tetapi tidak mengetahui cara melindungi gajah. Adapun sebagian kecil lainnya menjawab tidak tahu bahwa gajah adalah hewan yang dilindungi (25,8%).

Adanya gangguan gajah menyebabkan masyarakat mengharapkan perbaikan dalam pengelolaan gajah dari para pemangku kepentingan (pemerintah dan perusahaan hutan tanaman industri) agar gajah dapat dipindahkan dari kawasan hutan ke kawasan lain yang jauh dari lokasi ladang dan kebun yang diusahakan oleh masyarakat.

Dalam studi ini, tingkat pendidikan responden mayoritas berada pada kategori rendah yaitu 51,61% hanya tamat SD, sedangkan tamat SLTP dan SLTA masing-masing 16,13% dan 9,68%. Tingkat pendidikan yang rendah dikonfirmasi oleh sisa responden yang tidak tamat SD atau bahkan tidak bersekolah (22,58%).

Garsetiarsih menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan penurunan pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap nilai-nilai konservasi. Pendidikan yang rendah menjadi kendala dalam mengejar penghidupan yang baik sehingga berakhir menjadi petani yang mengandalkan pendapatan dari sistem bercocok tanam.

Kondisi ini dapat memicu masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya hutan di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini turut mengurangi sumber pakan gajah dan memicu perebutan ruang dan sumber daya antara gajah dan manusia sehingga memicu konflik yang disebut warga sebagai gangguan gajah.

"Untuk meminimalisasi gangguan gajah, perlu adanya peningkatan ketersediaan pakan gajah melalui perbaikan habitat baik di areal perusahaan Timber Estate maupun perkebunan rakyat yang merupakan areal jalur gajah," saran tim peneliti.

Pergulatan konflik manusia-gajah di daerah lainnya di Sumatra tercatat dalam cerita baru di Majalah National Geographic Indonesia edisi Mei 2023. Edisi ini mengulas upaya manusia mempelajari dan memahami gajah agar bisa hidup berdampingan.