Keanekaragaman Hayati Pegunungan Alpen Terancam oleh Pencairan Gletser

By Ricky Jenihansen, Selasa, 9 Mei 2023 | 07:00 WIB
Perubahan iklim dapat mengancam keanekaragaman hayati di Pegunungan Alpen Eropa. (Frontiers)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian lingkungan baru kolaborasi mengungkapkan dampak perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati di Pegunungan Alpen Eropa. Penelitian tersebut dipimpin bersama University of Leeds dan University of Essex di Inggris.

Hasil penelitian mereka menunjukkan, pencairan gletser di Pegunungan Alpen telah terjadi pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya karena perubahan iklim. Kondisi tersebut dapat mengancam keanekaragaman hayati di Pegunungan Alpen.

Dijelaskan, invertebrata yang hidup di sungai air lelehan yang dingin di Pegunungan Alpen Eropa akan menghadapi kehilangan habitat yang meluas, para peneliti memperingatkan.

Banyak spesies cenderung terbatas pada habitat dingin yang hanya akan bertahan lebih tinggi di pegunungan, dan daerah ini juga cenderung mengalami tekanan dari industri ski dan pariwisata atau dari pengembangan pembangkit listrik tenaga air.

Para peneliti dari University of Leeds dan University of Essex - menyerukan konservasionis untuk mempertimbangkan langkah-langkah baru untuk melindungi keanekaragaman hayati perairan.

Hasil penelitian mereka telah dijelaskan di jurnal Nature Ecology & Evolution. Makalah tersebut diterbitkan dengan judul "Glacier retreat reorganizes river habitats leaving refugia for Alpine invertebrate biodiversity poorly protected."

Invertebrata, peran kunci dalam ekosistem

Invertebrata, yang meliputi lalat batu, lalat midge, dan cacing pipih, memainkan peran kunci dalam siklus nutrisi dan transfer bahan organik ke ikan, amfibi, burung, dan mamalia di ekosistem Alpen yang lebih luas.

Dengan menggunakan data pemetaan gletser, lanskap, dan keanekaragaman hayati yang dikumpulkan di seluruh Pegunungan Alpen, para ilmuwan dari seluruh Eropa menyimulasikan bagaimana populasi invertebrata kunci di seluruh pegunungan.

Mereka melihat, populasi tersebut cenderung berubah antara sekarang dan tahun 2100 karena perubahan iklim.

Saat iklim menghangat, pemodelan memperkirakan spesies invertebrata akan mencari kondisi yang lebih dingin di bagian tertinggi pegunungan. Kedepannya, daerah yang lebih dingin ini kemungkinan juga akan diprioritaskan untuk ski atau pariwisata atau pengembangan pembangkit listrik tenaga air.

Lee Brown, Profesor Ilmu Perairan di University of Leeds yang ikut memimpin penelitian tersebut, mengatakan: "Para konservasionis perlu memikirkan tentang bagaimana penunjukan kawasan lindung harus berkembang untuk memperhitungkan dampak perubahan iklim."

"Mungkin beberapa spesies harus dipindahkan ke daerah perlindungan jika kita ingin menjaga kelangsungan hidup mereka. (Itu) karena banyak dari mereka bukan penerbang yang kuat sehingga mereka tidak dapat menyebar dengan mudah melalui pegunungan."

Pencairan gletser di Pegunungan Alpen telah terjadi pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya karena perubahan iklim. (Philippe Desmazes/AFP/Getty Images)

Iklim Alpine berubah dengan cepat

Penelitian, yang melibatkan kolaborasi antara sembilan lembaga penelitian Eropa, menyatukan data tentang distribusi spesies invertebrata di Pegunungan Alpen, sebuah area seluas lebih dari 34.000 kilometer persegi, dan memetakannya bersamaan dengan perubahan yang diperkirakan terjadi pada gletser dan aliran sungai.

Ada cukup data untuk memodelkan apa yang mungkin terjadi pada 19 spesies invertebrata, terutama serangga air, yang hidup di wilayah perairan dingin Pegunungan Alpen.

Jonathan Carrivick, dari School of Geography di Leeds yang ikut memimpin penelitian tersebut, mengatakan: "Kami telah menghitung bahwa saat gletser mencair dan mundur, sungai yang mengalir melalui Pegunungan Alpen akan mengalami perubahan besar dalam kontribusi sumber airnya."

Dalam jangka pendek, menurutnya, beberapa akan membawa lebih banyak air dan beberapa anak sungai baru akan terbentuk.

"Tetapi selama beberapa dekade dari sekarang, sebagian besar sungai akan menjadi lebih kering, mengalir lebih lambat dan menjadi lebih stabil, dan bahkan mungkin ada periode dalam setahun ketika tidak ada aliran air," katanya.

"Selain itu, sebagian besar air di sungai Alpen juga akan menjadi lebih hangat di masa mendatang."

Pada pergantian abad, pemodelan memprediksi bahwa sebagian besar spesies akan mengalami "kehilangan habitat yang konsisten".

Mereka memperkirakan, spesies yang paling terpukul adalah diantaranya adalah Diamesa latitarsis grp., D. steinboecki, lalat batu, Rhabdiopteryx alpina dan lalat capung.

Namun, beberapa spesies diharapkan mendapat manfaat dari perubahan habitat, termasuk cacing pipih, Crenobia alpina, Spinadis simplex dan Rhithrogena loyolaea.

Baca Juga: Studi Baru Ungkap Pencairan Es Tersembunyi di Pegunungan Himalaya

Baca Juga: Ancaman Iklim Gletser Thwaites Terpantau dengan Kecerdasan Buatan

Baca Juga: Awal Mula Kenaikan Permukaan Laut Era Modern Dimulai pada Tahun 1863

Baca Juga: Debu Gurun dari Es Gletser Menyimpan Rahasia Perubahan Iklim Bumi 

Spesies lain akan mencari perlindungan di lokasi baru. Para ilmuwan memprediksi Dictyogenus alpinus stonefly dan caddisfly Drusus discolor akan dapat bertahan hidup di lembah Rhone di Prancis tenggara.

Sementara spesies lain akan hilang dari sungai yang mengalir ke cekungan Danube.

Konservasi

Dari hasil penelitian mereka, para peneliti menggambarkan "pekerjaan substansial" yang diperlukan untuk melindungi keanekaragaman hayati di sungai yang diberi makan oleh gletser yang menyusut.

Lokasi di mana gletser masih ada di akhir abad ke-21, kemungkinan akan diprioritaskan untuk pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air dan pengembangan resor ski.

Martin Wilkes, dari University of Essex dan yang ikut memimpin penelitian, mengatakan bahwa kehilangan yang mereka perkirakan untuk keanekaragaman hayati Alpine pada akhir abad ini hanya terkait dengan satu dari beberapa kemungkinan skenario perubahan iklim.

"Tindakan tegas oleh para pemimpin dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dapat membatasi kerugian. Di sisi lain, kelambanan dapat berarti kerugian terjadi lebih cepat dari yang kita perkirakan," katanya.