Tidak lebih dari Tiga Kerajaan, Dinasti Jin, Utara, dan Selatan (220-589) membudidayakan rubah.
Setelah berabad-abad dibudidayakan, rubah dapat memperoleh kekuatan sihir dan memperoleh kemampuan untuk berubah bentuk menjadi manusia.
Semakin lama mereka berlatih, semakin banyak kekuatan yang mereka dapatkan, dan semakin banyak jumlah mereka.
Selama puluhan ribu tahun prosedur latihan mereka, beberapa akan berubah menjadi manusia dan berinteraksi dengan manusia.
Dalam banyak novel dan cerita rakyat, beberapa Huli Jing telah menipu, membantu, berteman, atau jatuh cinta dengan orang.
Sementara yang lain telah berubah menjadi wanita cantik (terkadang pria tampan). Mereka mampu memikat orang untuk mendapatkan esensi manusia. Bahkan, mereka hidup untuk mendapatkan kekuatan.
Baca Juga: Legenda Jepang yang Populer, Rubah Ekor Sembilan Bernama Kitsune
Baca Juga: Mengapa Simbol Naga Begitu Dihormati dalam Mitologi Tiongkok Kuno?
Baca Juga: Nidhogg, Naga yang selalu Membawa Kekacauan dalam Mitologi Nordik
Baca Juga: Putra-Putra Dewa Zeus yang Terkenal dalam Mitologi Yunani Kuno
Dalam beberapa legenda, rubah perkasa juga dapat berbagi informasi dengan atau merasuki manusia dengan imbalan bantuan orang.
Oleh karena itu, Huli Jing bisa menjadi baik, tulus, nakal, cerdas, serakah, atau jahat. Segalanya mungkin ditemukan di rubah roh ini.
Apa yang Dilambangkan Rubah dalam Budaya Tiongkok?
Dengan perubahan reputasi Rubah Berekor Sembilan dan beragam karakteristik Huli Jing, Roh Rubah merasuk dalam cerita rakyat dan legenda.
Rubah telah menjadi simbol kecerdasan, keberuntungan, cinta yang indah, serta licik, jahat, menggoda, memikat.
Saat ini dekorasi berbentuk Rubah Ekor Sembilan cukup populer, terutama di kalangan wanita. Rubah ini diyakini membawa keberuntungan dalam kehidupan cinta mereka.