Senjata Canggih Muslim Dipakai Mongol Menggempur Kekaisaran Tiongkok

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 9 Mei 2023 | 19:00 WIB
Ketika Mongol hendak merebut kota kembar Xiangyang dan Fancheng dari Kekaisaran Tiongkok, manjanik yang diperkenalkan oleh peradaban muslim dipakai. Inilah yang menyebabkan kemenangan mereka. (Rashid Al-Din Hamadani)

Nationalgeographic.co.id—Saat Dinasti Yuan dari Mongol hendak menaklukkan Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok, operasinya bukan main-main. Mereka menggunakan teknologi pertempuran yang dikenal oleh negara Barat dan Timur Tengah saat Perang Salib. Mereka menggunakan alat tempur seperti manjanik (trebuchet).

Manjanik adalah pelontar batu yang populer pada abad pertengahan sebagai ketapel tempur raksasa. Cara kerjanya memanfaatkan beban dan gravitasi (seperti jungkat-jungkit) untuk melontarkan proyektil.

Biasanya manjanik digunakan untuk menghancurkan atau mendobrak dinding pertahanan musuh dalam pengepungan. Senjata ini adalah versi besar dari mesin kepung puntiran (catapult / ketapel), tetapi tidak menggunakan mekanisme lontar pegas balista.

Manjanik dikenal oleh Dinasti Yuan saat hendak menguasai Kekaisaran Tiongkok. Marco Polo dalam catatan perjalanannya menyebutkan keberadaan ini. Bahkan, Marco mengeklaim manjanik sebagai senjata Eropa yang ia perkenalkan ke dunia Timur. Padahal, penggunaan manjanik dilakukan dalam pertempuran Xiangyang dan Fancheng, dimulai 1268, sedangkan ia tiba di Tiongkok 1271.

Jika bukan orang Eropa seperti Marco Polo, lantas dari mana orang Mongol tahu senjata manjanik? Sejarawan Jeremy Black menjelaskannya dalam buku A Short History of War (2021). Cerita ini juga tercatat oleh sejarawan dan ilmuwan muslim Rashid Addin Hamdani (1247-1318) dari Ghazan, dalam Jami' at-Tawarikh pada abad ke-14.

Dalam ekspedisi militer ini, kita harus ingat kembali bahwa kekaisaran Mongol begitu luas di abad ke-13. Jenghis Khan melakukan ekspedisi dari 1216 sampai 1224 ke Eropa timur dan Timur Tengah. Kemudian, Kubilai Khan hendak memperluas kekuasaan ke Tiongkok.

Sebelum menjatuhkan Kekaisaran Tiongkok yang saat itu adalah Dinasti Song, Kubilai berambisi menguasai Xiangyang dan Fancheng. Kota kembar ini memiliki kastil yang kuat, tembok yang kokoh, dan parit yang dalam.

Kekaisaran Tiongkok meminta Lu Wenhuan dan Zhang Tianshun agar setia kepada Dinasti Song dan mempertahankan kedua kota. Letaknya sangat strategis sebagai gerbang dari utara menuju jantung Song.

Replika manjanik di Château de Castelnaud, Prancis. Manjanik sering dipakai dalam pertempuran di abad pertengahan seperti Perang Salib. Orang Mongol juga menggunakan alat ini untuk merebut kota dari Kekaisaran Tiongkok. (Luc Viatour/Wikimedia)

Perlu diingat, Kekaisaran Tiongkok sudah mengenal senjata mesiu dan beberapa mesin. Maka, dalam pengepungan pertama, Mongol yang dipimpin A Chu bersama mantan perwira Song yang membelot, Liu Zheng, membangun benteng di Sichuan. Benteng mereka berdekatan dengan Sungai Han--sungai transportasi pangan Xiangyang dan Fancheng.

Pengepungan ini tidak dapat diyakininya karena kokohnya kota Xiangyang, sementara pasukannya yang sebagian besar kavalerim tidak cocok. Hal itu disampaikan kepada Kubilai. Kubilai Khan malah mengirimkan ribuan pasukan dari Tiongkok Han utara, Shi Shu. 

Manjanik pun mulai dipakai dengan jumlah yang massif dalam pengepungan Xiangyang. Pasukan Kekaisaran Tiongkok dari ibukota Dinasti Song berkali-kali datang ke Xiangyang untuk melawan Mongol. Akan tetapi, kavaleri Mongol sangat kuat menahan para pasukan Song.