Pengobatan di Kekaisaran Tiongkok kemudian dipengaruhi oleh filosofi Kong Hu Cu yang memandang, manusia terdiri dari lima unsur (kayu, api, tanah, logam, dan air). Masing-masingnya punya hubungan dengan lima tumbuhan, dan lima indera.
Tabib-tabib di Kekaisaran Tiongkok pun menggunakan pemahaman ini dalam memanfaatkan ginseng. Akar tanaman Panax ginseng yang mereka pandang sebagai "akar manusia" dimanfaatkan untuk khasiat tonik.
Dalam ramuan, ginseng sering dicampur dengan tanaman lain seperti Safflower petals, angelica, kayu manis, dan sage merah. Bahkan pada Kekaisaran Tiongkok semasa Dinasti Tang tahun 618 Masehi, ginseng dijadikan obat penting.
Ginseng kemudian diperkenalkan ke dunia luar Asia Timur pada abad pertengahan. Pada masa ini, jalur perdagangan sutra ramai didatangi banyak kalangan, majunya peradaban Timur Tengah di bidang sains dan kesehatan, dan Bangsa Mongol yang memperluas jangkauannya untuk menghubungkan dunia Barat dan Timur.
Dunia barat mengenali ginseng lewat orang Arab yang kerap berhubungan dengan Kekaisaran Tiongkok. Fungsinya di bidang kesehatan juga diketahui. Salah satu orang Arab yang memperkenalkan ginseng adalah adalah Ibnu Hazim dari Cordoba pada abad kesembilan.
"Orang Arab adalah apoteker yang sangat baik, dan mereka menggabungkan ramuan herbal untuk meningkatkan efek penyembuhannya, tetapi juga sifat organoleptik seperti rasa dan bau bagi mereka yang diberikan," terang para peneliti.
"Mereka memiliki kontak budaya mereka pertama dengan tradisi medis India dan Cina dan kemudian dengan Kekaisaran Kristen Romawi (sekarang juga disebut Byzantium) dan karena itu memiliki berbagai pengetahuan medis dan botani untuk membuat dan mengembangkan tidak hanya terapi herbal."
Ibnu Sina (980-1037) juga mencatat khasiat ginseng. Catatan-catatan ilmu pengobatannya sangat berpengaruh pada dunia kesehatan modern pada abad-abad berikutnya, ketika orang Eropa kembali bangkit.
Sepertinya dunia Eropa telah sejak lama mengetahui tanaman ini juga. Ada berbagai catatan tanaman pada masa Kekaisaran Romawi mengenai khasiat tanaman dengan akar menyerupai kaki manusia.
Cara pengolahannya oleh para ahli obat seperti Theophrastus (370-285 SM) menggunakannya sama dengan ginseng. Akan tetapi, catatan ini terlupakan, dan namanya tidak serupa ginseng dari dunia Timur.