Sejarah Singkat Kekaisaran Mali, Kerajaan Islam Terkaya Pada Masanya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 11 Mei 2023 | 16:40 WIB
Masjid Agung Djenne, Mali. Bangunan ini sisa masa kejayaan Kekaisaran Mali, kerajaan muslim di Afrika barat. (JM/Flickr)

Tibalah kita pada masa pemerintahan Mansa Musa di Kekaisaran Mali. Kekayaannya tersohor dengan ziarahnya ke Mekkah melewati Mesir. Namun, perjalanan jangka panjang ini penuh dengan pemborosan uang kekaisaraannya. Dia menghabiskan uang untuk membeli budak perempuan, gadis penghibur, dan pakaian.

Mansa Musa, Raja Mali. (HistoryNmoor/Wikimedia Commons)

Bahkan diketahui, pemberosannya menyebabkan penurunan harga mata uang. Pada akhirnya, setelah ia berziarah ke Mekah, uangnya telah habis dan harus mengambil pinjaman untuk perjalanan pulang.

Melimpahnya harta Mansa Musa membawa petaka pada politik dunia pada saat itu. Dunia Kristen dan Islam menyoroti Kekaisaran Mali yang begitu kaya, tetapi selama ini terabaikan.

Kefoya-foyaan Mansa Musa justru terwariskan oleh anaknya yang menjad raja Kekaisaran Mali, Mansa Maghan I. Tidak hanya boros, tetapi juga ia adalah penguasa yang lemah dalam menjalankan politik.

Mansa Souleyman melakukan kudeta terhadap Mansa Maghan I. Dia adalah adik dari Mansa Musa. Melihat pemerintahan di bawah keponakannya tidak stabil dan perekonomian memburuk, pemindahan kekuasaan secara politik berhasil dilakukan.

Baca Juga: Jejak Mansa Musa: Muslim Kaya Mendirikan Masjid Lumpur yang Megah

Baca Juga: Perjalanan Haji Mansa Musa: Manusia Paling Kaya Sepanjang Sejarah

Baca Juga: Akibat Iklim, Tampilan Masjid Raya Mali Terus Berubah

Baca Juga: Bukan Ilmu Hitam, Voodoo Adalah Kepercayaan Asal Afrika Barat

Mansa Souleyman mengatasi masalah perekonomian Mansa Maghan dengan mengurangi kesalahan keuangan, dan peraturan yang cacat. Akan tetapi, situasi Kekaisaran Mali tidak mereda. Ia harus menghadapi serbuan militer dan masalah internal Kekaisaran yang berhasil ia tangani.

Perlahan-lahan, Kekaisaran Mali meredup. Raja terakhirnya adalah Mansa Mahmud IV. Pelemahan ini dimanfaatkan oleh negara-negara tetangga untuk memperluas kerajaan.

Tahun 1610, Mansa Mahmud IV meninggal dan mewariskan Kekaisaran Mali menjadi tiga bagian untuk putra-putranya.

Sayangnya, ketiga anaknya ini dalam masing-masing pemerintahannya tidak hanya berperang melawan negara tetangga, tetapi juga antara mereka sendiri. Kerajaan-kerajaan kecil sisa Kekaisaran Mali pun jatuh pada 1650.