Banyak yang menyebut Pachacuti sebagai "Napoleon dari Andes", karena kehebatannya menaklukkan banyak kawasan dan tangguh di pertempuran. Di istana, ia adalah politikus ulung.
Dari Pachacuti pula konsep empat provinsi dibuat: Chinchasuyu, Antisuyu, Contisuyu, dan Collasuyu. Masing-masingnya dipimpin oleh seorang gubernur. Sistem provinsi ini memudahkan pengumpulan pajak bagi Kekaisaran Inca, untuk memperkuat militer, konstruksi publik, dan pertanian.
Takhta Kekaisaran Inca kemudian diwariskan kepada Tupac, putra Pachacuti. Pada 1470-an, tak lama dari kematian ayahnya, Kekaisaran Inca diperluas ke Cili tengah.
Raja berikutnya, Huayna Capac masih seperti ayah dan kakeknya dalam ambisi memperluas Kekaisaran Inca. Ia menaklukkan kawasan utara kekaisaran ke Sungai Ancasmayo, yang kini menjadi perbatasan Ekuador dan Kolombia.
Huayna Capac meninggal tahun 1525. Saat itu, Spanyol sudah masuk ke Amerika dan membawa penyakit yang belum pernah menerpa orang-orang Kekaisaran Inca sebelumnya. Penyakit itu berupa cacar, campak, dan tifus. Penyakit asing ini menyebar di beberapa penduduk, dan menyebabkan kematian, termasuk sang raja.
Penyakit asing ini pun menyerang pewaris mahkota di tahun yang sama. Hal ini membuat Kekaisaran Inca jatuh pada Perang Saudara yang berakhir tahun 1532. Atahualpa pun berhasil menjadi kaisar. Akan tetapi, Spanyol di bawah Francisco Pizarro tiba di depan mata kekaisaran.
Atahualpa setuju untuk bekerja sama dan berdamai dengan Spanyol. Namun, di alun-alun kota Cajamarca, Peru--tempat orang Spanyol bermukim--raja baru itu malah ditangkap. Otomatis, tidak ada satupun orang Kekaisaran Inca yang berani macam-macam dengan Spanyol, apa lagi perang saudara baru saja reda.
Huascar, saudara Atahualpa (musuh dalam perang saudara) gembira mendapat kabar ini. Ia memandang bahwa Spanyol adalah sekutunya. Padahal, Spanyol adalah musuh dari Kekaisaran Inca.
Baca Juga: Machu Picchu, Situs Suci dan Pusat Alam Semesta di Puncak Tertinggi
Baca Juga: Machu Picchu, Sebuah Kesalahan Nama untuk Merujuk Kota Inca Kuno