Hirohito, Takhta Kaisar Jepang Terlama Melewati Masa Perang dan Damai

By Sysilia Tanhati, Jumat, 12 Mei 2023 | 09:00 WIB
Dalam sejarah Jepang, Kaisar Jepang Hirohito adalah kaisar yang paling lama memimpin. 64 tahun bertakhta, ia membawa banyak perubahan bagi Kekaisaran Jepang. (Imperial Household Agency)

Nationalgeographic.co.id—Kaisar Jepang Hirohito lahir 29 April 1901 di Tokyo, Jepang. Ia menjadi Kaisar Jepang sejak tahun 1926 hingga kematiannya pada tahun 1989. Dalam sejarah Jepang, Hirohito adalah kaisar yang paling lama bertakhta. Seperti apa kisah hidupnya?

Jalan menuju takhta Kekaisaran Jepang

Hirohito lahir di Istana Aoyama di Tokyo. “Ia adalah putra dari Kaisar Taisho dan cucu dari Kaisar Meiji,” tulis Adam Augustyn di laman Britannica.

Hirohito muda dididik di Sekolah Teman dan di Institut Putra Mahkota. Di awal kehidupan dia mengembangkan minat dalam biologi kelautan. Ia bahkan sempat menulis beberapa buku tentang biologi kelautan.

Pada tahun 1921, Hirohito mengunjungi Eropa. Ia menjadi putra mahkota Jepang pertama yang bepergian ke luar negeri. Sekembalinya dari Eropa, ia diangkat menjadi wakil penguasa ketika ayahnya pensiun karena masalah kesehatan mental.

Pada tahun 1924 Hirohito menikah dengan putri Nagako Kuni. Hirohito menjadi Kaisar Jepang pada 25 Desember 1926, setelah kematian ayahnya. Pemerintahannya disebut Showa (Kedamaian Cerah atau Harmoni Tercerahkan).

Konstitusi Meiji memberikan kekuasaan tertinggi kepada kaisar. Namun dalam praktiknya, ia menyetujui kebijakan yang dirumuskan oleh para menteri dan penasihatnya.

Namun, kadang-kadang, Hirohito menegaskan otoritasnya. “Terutama ketika dia memerintahkan penindasan percobaan kudeta oleh beberapa perwira militer pada Februari 1936,” tambah Augustyn.

Hirohito sebagai Kaisar Jepang dan kebangkitan militer Jepang

Ketika Hirohito naik takhta, undang-undang hak pilih laki-laki universal baru saja disahkan. Partai-partai politik mendekati puncak kekuasaan mereka sebelum perang.

Dalam upaya untuk mendekatkan keluarga kekaisaran dengan rakyat, Hirohito mulai tampil di depan umum. Ia bahkan mengizinkan penerbitan gambar dan cerita tentang kehidupan pribadi dan keluarganya. (Osaka Asahi Shimbun)

Namun, ekonomi yang anjlok, militerisme yang meningkat, dan serangkaian pembunuhan politik menyebabkan krisis bagi gerakan pro-demokrasi.