Peringatan Hari Perawat Sedunia: Sejarah Lima Ribu Tahun Keperawatan

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Jumat, 12 Mei 2023 | 14:00 WIB
Achilles membalut lengan Patroclus. Sejarah penyembuhan luka adalah sejarah umat manusia. Upaya penyembuhan luka sudah ada sejak tahun 2200 SM. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—"Saya nyaman. Alhamdulilah, terima kasih perawat di klinik ini...," ucap haru seorang penyintas luka ulkus diabetikum.

Ia terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca. "Cuma maaf saya menjijikkan," ujarnya sambil menyeka air mata. 

Sepenggal kalimat tadi terucap dari seorang pasien penyintas yang berobat di Klinik Perawatan Luka Bilqiss Medika, Jawa Barat.

Ia berterima kasih kepada tenaga kesehatan yang telah merawat luka ulkus diabetik di salah satu kakinya.

Kondisi luka yang tampak buruk, bernanah, dan berbau menyebabkan dirinya merasa menjijikan sehingga ia sendiri tidak mau melihat lukanya.

Penggalan kalimat ini tersemat dalam penelitian kualitatif oleh Bratajaya dan Ernawati pada 2023, mengenai Essential Skills for Wound Care Nurses in Rural Areas: The Perception of Community-dwelling Patients with Chronic Diabetic Ulcers.

Perawat luka bersertifikat atau Certified Wound Care Nurse (CWCN) adalah seorang perawat yang sudah dilatih dan memiliki sertifikat sehingga memiliki kompetensi dalam perawatan luka. Perkembangan perawatan luka berkembang peset termasuk di Indonesia. Membutuhkan waktu lima milenium hingga perawatan luka berkembang pesat hingga saat ini.

Buku berjudul "The History of Wound Care karya Jayesh B. Shah dalam The Journal of the American College of Certified Wound Specialists" yang terbit pada 2011, mgungkapkanenuturkan, "Sejarah penyembuhan luka dalam arti tertentu adalah sejarah umat manusia." Buku itu juga men, "Upaya penyembuhan luka sudah ada sejak tahun 2200 SM."

Salah satu manuskrip medis tertua, berupa tanah liat peradaban Mesopotamia menjelaskan tiga prinsip penyembuhan luka yang masih selalu dilakukan perawat hingga detik ini yaitu: membasuh luka, membuat plester, dan membalut luka.

Orang Mesir Kuno (2000-500 SM) memiliki sejarah dalam mengaplikasikan madu, minyak, dan serat kain pada balutan luka. Plester yang digunakan sudah berperekat persis dengan pembalut luka yang kita gunakan sekarang. Orang Yunani menekankan pentingnya kebersihan.

Mereka menganjurkan untuk mencuci luka dengan air bersih, air direbus terlebih dahulu, juga digunakan cuka dan arak untuk mencegah infeksi luka. Orang Yunani juga memiliki sejarah dalam membedakan luka segar atau disebut luka akut dan luka tidak mudah sembuh atau luka kronis.

Kemudian bangsa Romawi kuno menyempurnakan proses perawatan luka dengan merumuskan empat tanda infeksi yakni rubor, tumor, calor, er dolor (kemerahan, bengkak, panas, dan nyeri).

Patung peringatan Florence Nightingale (1820-1910) berada di kota London dipahat tahun 1915. Dikenal sebagai “The Lady with The Lamp” merawat korban perang Krimea yang terlantar di Rumah Sakit Kekaisaran Ottoman. (TonyBaggett)

Saat perang di semenanjung Krimea, antara Kekaisaran Rusia melawan sekutu, tampil seorang tenaga kesehatan. Ia bernama Florence Nightingale, seorang perawat Inggris yang merawat para tentara yang terluka.

Florence meyakini bahwa "sanitasi, udara segar, suasana tenang, nutrisi yang baik, dan perawatan yang dilakukan secara efektif dapat meningkatkan kesembuhan orang sakit dan yang terluka secara drastis."

Lahir dari keluarga Inggris kalangan ningrat pada 12 Mei 1820, Florence Nightingale memiliki pendidikan yang liberal dari kedua orangtuanya. Ia mengabdikan karirnya sebagai perawat.

Florence melakukan perjalanan ekstensif ke seluruh Eropa bahkan sampai ke Mesir dan menerbitkan banyak tulisan pada masa itu.

Saat perjalanan mengunjungi Jerman,Florence terpesona dengan komitmen dan kepedulian yang dipraktikkan oleh biarawati kepada pasien di rumah sakit modern pionir. Ia terpanggil pada pekerjaan sosial keperawatan dan pulang membawa angan-angan itu.

Florence kembali ke Jerman untuk belajar di Kaiserwerth. Kembali ke London, bekerja di Institute for the Care of the Sick Gentlewomen sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street.

Pada tahun 1854, kabar mengerikan dari Rumah Sakit Kekaisaran Ottoman menyebutkan kondisi medis yang tidak sehat menyebabkan banyak kematian karena cedera akibat perang Krimea.

Banyak prajurit gugur dalam pertempuran tetapi parahnya tidak ada perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka. Florence Nightingale terpanggil untuk memperbaiki kondisi ini. Ia menulis surat pada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.

Baca Juga: Zus Wiet, Kisah Gadis Perawat dalam Laga Aksi Polisional 1947

Baca Juga: Menelisik Alasan Tentara dan Polisi Mencari Perawat sebagai Pasangan

Baca Juga: Operasi Perawat, Misi Gerilyawan Surabaya yang Terlupakan Sejarah

Baca Juga: Imunisasi Bayi di Tengah Hutan, Perjuangan Tenaga Kesehatan di Papua 

Terungkap bahwa Florence satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Karena minimnya jumlah perawat pria, Florence diminta untuk melatih gadis-gadis sukarelawan. Saat mereka pertama kali tiba di Rumah Sakit, mereka menghadapi situasi yang jauh mengerikan dari yang mereka bayangkan.

Ruangan penuh sesak dengan prajurit yang terluka, ratusan prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada perawatan. Dibawah kendalinya, tingkat kematian turun drastis dari 42 persen menjadi sekitar 2 persen, seperti yang dikutip dari ThoughtCo. Pencapaian luar biasa yang dicatat dalam sejarah keperawatan.

Setelah perang, dia kembali ke Inggris dan mulai mendirikan sekolah perawat. Dalam tulisannya Notes on Nursing, Florence menekankan kebersihan dan sanitasi diatas segalanya. 

Sejarah juga mengungkapkan, dihadapan pemerintah Inggris, ia menyampaikan penyusunan laporan perawatan pasien secara mendetail dengan menggunakan statistik harus dapat dilakukan di bidang keperawatan.

Hari lahir Florence Nightingale yang dikenal sebagai pelopor perawat modern diperingati setiap tahunnya di seluruh dunia. Our Nurses. Our Future adalah tema International Nurses Day yang dirayakan 12 Mei tahun ini.

Tema yang dirilis oleh International Council for Nurses ini menjadi kampanye global untuk menetapkan apa yang kita inginkan untuk keperawatan di masa depan dalam mengatasi tantangan kesehatan global dan meningkatkan kesehatan global untuk semua. Kiranya masa depan yang lebih cerah menyinari para perawat sedunia.