Sejarah Kota Suci Nippur, Tempat Tinggal Dewa Mesopotamia Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 15 Mei 2023 | 12:00 WIB
Sejarah kota suci Nippur jadi tempat tinggal Enlil, dewa Mesopotamia kuno. (David Stanley)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah kota suci kuno Nippur menjadi salah satu kisah yang paling menarik di Timur Tengah. Bagaimana tidak? Nippur pernah diakui sebagai ibu kota agama penting dan rumah bagi dewa Enli dalam budaya Mesopotamia.

Terletak di Irak selatan antara kota Baghdad dan Basra, Nippur memiliki umur yang sangat panjang dibandingkan dengan kota-kota sekitarnya, yang berlangsung dari hampir 5000 SM hingga 800 Masehi.

Nippur tidak dikenal pada puncaknya sebagai ibu kota politik. Nyatanya, ia jarang terlibat dalam politik sama sekali pada masanya.

Sejarah kota ini malah dikenal sebagai kota suci sebagai rumah Enlil, dewa Mesopotamia kuno yang dikenal karena kekuatannya atas udara, angin, bumi, dan badai.

Karena Nippur dianggap sebagai tempat suci, diyakini bahwa tempat ini berumur panjang. Bahkan dalam perang, kedua belah pihak sangat menghormati dan melindunginya dari kehancuran besar serta ketakutan akan murka dewa.

Meskipun Nippur tidak secara khusus merupakan ibu kota politik, namun tetap memainkan peran penting dalam politik Mesopotamia. Hal ini karena statusnya sebagai kota suci dan rumah bagi Enlil dan dewa lainnya.

Raja-raja di kota-kota setempat sering meminta pengakuan dari kuil Enlil, yang disebut Ekur, dengan imbalan menyediakan tanah, batu berharga, dan barang-barang lainnya kepada penduduk Nippur.

Mereka juga akan menyediakan pria untuk membangun dan memulihkan kuil dan bangunan penting lainnya di seluruh kota untuk kebaikan para dewa.

Bahkan setelah perang, langkah pertama seorang raja sering kali adalah membawa barang-barang hasil perang untuk dikorbankan kepada Enlil dan dewa-dewa lain sebagai rasa terima kasih atas perlindungan.

Sumbangan mewah ini memberikan kontribusi signifikan terhadap kekayaan dan kesuksesan Nippur dari waktu ke waktu.

Kisah Menarik dari Kota Nippur

Budaya Mesopotamia, kisah Enlil, dan kejatuhan terakhir Nippur adalah bagian penting dari kisah menarik kota suci kuno ini. Dengan menganalisis masa lalu, kita dapat lebih memahami langkah-langkah yang harus kita ambil di masa mendatang untuk menghormati dan melestarikan situs berharga ini.

Nippur adalah salah satu tempat yang dihuni oleh orang Sumeria kuno, dan sangat berpengaruh di seluruh wilayah Mesopotamia karena gagasan dan praktik keagamaannya. Raja Sumeria Ur yang bertakhta, Ur-Pabilsag, dengan para pelayan sekitar 2600 SM. (Michel wal)

Enlil adalah dewa utama di antara orang Sumeria dan dewa yang disembah terutama di kota Nippur. Enlil dikenal karena hubungannya dengan udara, angin, bumi, dan badai, serta tempat pemujaannya di tengah Nippur. 

Mereka yang ingin menyembah Enlil akan mengunjungi kuil Ekur, yang diterjemahkan menjadi “rumah gunung”. Kuil ini dikenal sebagai kumpulan dewa di Nippur dan merupakan bangunan paling suci dan dihormati di seluruh Sumeria kuno. Diyakini bahwa Enlil telah membangun kuil untuk dirinya sendiri sebagai penghubung antara Surga dan Bumi.

Mitos Sumeria kuno menyatakan bahwa Enlil sangat suci bahkan dewa lain pun tidak dapat memandangnya secara langsung. Sumeria yang menyembah Enlil juga percaya dia bertanggung jawab atas perkembangan Bumi.

Dewa pertama, Nammu, telah menciptakan Surga (An) dan Bumi (Ki), yang dikawinkan satu sama lain untuk menciptakan Enlil. Enlil memisahkan penciptanya, An dan Ki (Langit dan Bumi) agar manusia bisa bertahan hidup di sana. Manusia diciptakan oleh perkawinan Enlil dan Ki (Bumi, ibunya), seperti semua bentuk kehidupan lainnya di Bumi.

Dari Kota Suci ke Reruntuhan yang Membusuk

Sejarah kota Nippur mengalami dinamika, baik kejatuhan maupun regenerasi. Kadang-kadang, ketika semua harapan tampaknya hilang untuk Nippur, raja terdekat mungkin mengirim pekerja untuk membangun kembali bagian-bagian kuil atau untuk penambahan yang akan dibangun di atasnya.

Hal ini dibuktikan dengan artefak dan arsitektur yang tersisa di wilayah tersebut yang menjadi jejak sejarah kota. Beberapa batu bata yang diawetkan menunjukkan simbol pemerintahan yang berbeda dari waktu ke waktu.

Dinasti Ur, di bawah Ur-Nammu, secara khusus membantu membangun kembali Nippur dengan membangun kembali tembok kota, kuil, dan bahkan kanal. Sejarah kota Nippur pun berlanjut.

Di bawah pemerintahan Hammurabi, kuil Enlil sebagian besar terbengkalai. Orang Babilonia telah menjadikan Babilonia sebagai pusat keagamaan baru di wilayah tersebut dan mengaitkan cerita Enlil dengan Marduk.

Sekitar abad ke-7 SM, Ekur mendapat lebih banyak perhatian, ketika beberapa orang Babilonia mulai menyembah Enlil lagi dan mereka memutuskan untuk mengubah Ekur menjadi sebuah benteng.

Baca Juga: Tempat Lahirnya Peradaban, Bagaimana Mesopotamia Membentuk Dunia?

Baca Juga: Kisah Ishtar, Dewi Kuno yang Paling Dihormati di Mesopotamia

Baca Juga: Temuan Makam Kerajaan Ur, Ungkap Pengorbanan Manusia di Mesopotamia

Baca Juga: Menghidupkan Kembali Parfum Kuno Mesopotamia yang Berusia 3.200 Tahun 

Tembok raksasa yang menjadi sejarah kota itu dibangun di sekitar kuil untuk melindunginya. Bangunan pertahanan itu terpelihara dengan baik hingga sekitar tahun 250 Masehi. Pada titik ini, wilayah tersebut diambil alih oleh Sassaniyah dan dibiarkan membusuk.

Nippur masih dihuni selama beberapa ratus tahun berikutnya. Ahli geografi Muslim awal membuat catatan tentang wilayah tersebut. Meskipun demikian, penyebutan mereka tentang Nippur menurun beberapa saat setelah 800 M. Hal ini menunjukkan bahwa kota tersebut kemungkinan besar menjadi kurang berpenghuni pada saat itu.

Meskipun kadang-kadang masih digunakan untuk tujuan keagamaan, kota ini sepenuhnya ditinggalkan pada abad ke-13 Masehi. Bahkan setelah ditinggalkan, banyak kota setempat masih mengakui reruntuhan itu sebagai situs suci yang pernah dipenuhi kemegahan sejarah kota Nippur.

Meskipun Nippur sekarang menjadi situs reruntuhan kuno, tetap menarik untuk melihat beberapa bangunan yang masih berdiri di sana. Jejak sejarah kota Nippur berada di kuil Enlil, Ekur, yang masih berdiri dan dapat dilihat oleh mereka yang berkunjung.

Situs ini juga telah digali lebih dari 19 kali oleh para arkeolog sejak pertengahan 1900-an, yang menghasilkan banyak penemuan menarik.