Baca Juga: Petaka yang Mengakhiri Kekuasaan Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Kaisar Huizong, Si Pembawa Kehancuran bagi Rakyat Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Gaozong, Kaisar Tiongkok yang Harus Memilih Martabat atau Kedamaian
Akhirnya, empat tahun kemudian, Kerajaan Song di Kekaisaran Tiongkok merencanakan ekspedisi lain dan menominasikan Xin Qiji sebagai jenderal penting. Namun, saat itu dia sudah sakit-sakitan dan hanya berbaring di tempat tidur.
Dia tidak bisa menangkap kesempatan yang telah dia tunggu-tunggu seumur hidupnya.
Satu bulan kemudian, Xin Qiji meninggalkan dunia. Kata-kata terakhirnya adalah "musnahkan musuh-musuh itu”. Jadi, mimpi yang telah dia rindukan seumur hidupnya sayangnya tidak pernah bisa diselesaikan.
Masa paling gemilang dan penuh semangat Xin Qiji adalah ketika dia berada di pasukan pemberontak. Saat itu ia masih muda dan ambisius serta tanpa ada rasa takut dapat menyingkirkan seorang pengkhianat dari puluhan ribu musuh.
Dia adalah seorang patriot yang tulus yang menginginkan negara bersatu tetapi tidak pernah memiliki kesempatan bagus untuk mewujudkan mimpinya. Akibatnya, ia harus mengungkapkan perasaannya yang rumit dalam karya sastranya.
Namun, dengan semua sejarah yang menyedihkan itu, tahukah Anda? Sudah lebih dari 600 karya Ci dan karya kaligrafinya yang luar biasa telah diwariskan selama berabad-abad. Meskipun tak bisa mewujudkan mimpinya, setidaknya Xin Qiji telah berhasil meraih prestasinya di bidang lain.