Nationalgeographic.co.id—Xin Qiji (1140-1207) atau nama kesopanan You'an adalah seorang jenderal yang heroik dan seorang patriot yang tulus dari Dinasti Song Kekaisaran Tiongkok. Akan tetapi, sayanganya, dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk mewujudkan mimpinya dan memilih menjadi penyair.
Oleh karena itu, dia menulis ambisi-ambisi yang tidak terpenuhinya menjadi puisi luar biasa. Karya hebatnya itu pun sangat diapresiasi dalam sastra Tiongkok. Lalu, apakah mimpi yang ingin diwujudkannya Xin Qiji tersebut? Simak kisah selengkapnya berikut ini.
Xin Qiji, Jenderal Pemberani Kekaisaran Tiongkok Dinasti Song
Masa kecil Xin Qiji sudah dibekali dengan hal-hal seputar Kerajaan. Seperti diketahui, setelah ayahnya meninggal di usia muda, Xin Qiji dibesarkan oleh kakeknya. Dia diajari banyak hal, mulai dari bagaimana Jurchen Jin menyerbu Kerajaan Song hingga menduduki tanah mereka.
Ketika Xin Qiji berusia 21 tahun, Kerajaan Jurchen Jin menginvasi Kerajaan Song lagi, jadi dia mengorganisir pasukan yang terdiri dari ribuan orang dan memimpin mereka untuk bergabung dengan pasukan pemberontakan besar.
Beberapa bulan kemudian, sebagai perwakilan dari pasukan pemberontak, Xin Qiji dikirim untuk bernegosiasi dengan kaisar Song tentang bagaimana mereka bersekutu dan berperang melawan Jin.
Namun, ketika dia berada di Kerajaan Song, komandan utama pasukan pemberontak dibunuh oleh seorang pengkhianat.
Xin Qiji kemudian memimpin sekitar 50 kavaleri, bergegas ke benteng militer Jin dengan sekitar 50.000 tentara, dan berhasil membawa pengkhianat itu kembali ke Kerajaan Song di Kekaisaran Tiongkok.
Keberanian dan keterampilan militernya yang luar biasa mengesankan semua orang, dan Xin Qiji diberi pekerjaan politik.
Penyebab Xin Qiji Alami Frustasi
Pada saat itu, Kekaisaran Song, Zhao Shen, berambisi tetapi dikekang oleh ayah angkatnya dalam pemerintahan. Setelah perang yang gagal, mereka memaksa kaisar untuk menandatangani perjanjian dengan Jurchen Jin dan menghentikan perang apapun.
Oleh karena itu, Xin Qiji tidak pernah memiliki kesempatan untuk menjadi seorang jenderal lagi. Dia melakukan pekerjaan yang sangat baik sebagai gubernur dan membuat orang hidup damai dan kaya. Dia bahkan merekrut dan melatih pasukan besar, yang kemudian dikritik oleh para menteri yang kuat itu.
Hingga pada akhirnya, pasukan barunya dibubarkan. Dia dipindahkan dan diturunkan beberapa kali sampai dia benar-benar sipil karena ide politiknya dan keinginan kuat untuk melawan.
Menghasilkan Karya di Balik Kekecewannya
Selama periode itu, Xin Qiji harus mengemasi pedangnya dengan kecewa. Sebaliknya, dia mengambil pena dan menulis banyak esai tentang pertempuran dan merebut kembali tanah yang hilang di Tiongkok utara, tetapi kelas penguasa tidak pernah menghargainya.
Kesedihan dan kekecewaan Xin Qiji membuat bagian kedua hidupnya tidak terpenuhi dan tanpa harapan. Namun, hal ini membuat Xin Qiji menghasilkan karya sastra yang hebat. Dia pun menjadi penyair Tiongkok yang hebat.
Dia menulis ratusan Ci atau jenis Puisi Tiongkok lainnya untuk menunjukkan cintanya pada negara dan rakyatnya.
Sebagian besar karya Ci-nya ambisius dan berani serta penuh kejantanan menyangkut ketentaraan, kemiliteran, medan perang, tanah air, dan integritas pribadi.
Selain itu, orang dapat melihat kehidupan militer Kekaisaran Tiongkok Dinasti Song yang sebenarnya dari mahakaryanya; hanya karya Ci Jenderal Yue Fei yang sama heroiknya dengan miliknya.
Impian Patriot Tulus yang Tidak Terpenuhi
Ketika Xin Qiji berusia 63 tahun, Kerajaan Song kembali merencanakan untuk berbaris ke utara dan merebut kembali tanah yang hilang. Dia senang dipanggil kembali dan dinominasikan untuk posisi penting.
Tetapi kemudian, dia menemukan bahwa tentara dipimpin oleh seorang komandan kepala yang tidak mampu, yang menggunakan reputasi Xin yang mengintimidasi tetapi tidak pernah mendengarkan sarannya. Oleh karena itu, ekspedisi utara itu berakhir dengan kegagalan.
Xin Qiji sangat kesal dan kecewa karena dia sudah tua, dan harapannya untuk melihat negara yang bersatu semakin memudar.
Baca Juga: Kisah Tragis Putri Duofu dari Dinasti Song Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Petaka yang Mengakhiri Kekuasaan Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Kaisar Huizong, Si Pembawa Kehancuran bagi Rakyat Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Gaozong, Kaisar Tiongkok yang Harus Memilih Martabat atau Kedamaian
Akhirnya, empat tahun kemudian, Kerajaan Song di Kekaisaran Tiongkok merencanakan ekspedisi lain dan menominasikan Xin Qiji sebagai jenderal penting. Namun, saat itu dia sudah sakit-sakitan dan hanya berbaring di tempat tidur.
Dia tidak bisa menangkap kesempatan yang telah dia tunggu-tunggu seumur hidupnya.
Satu bulan kemudian, Xin Qiji meninggalkan dunia. Kata-kata terakhirnya adalah "musnahkan musuh-musuh itu”. Jadi, mimpi yang telah dia rindukan seumur hidupnya sayangnya tidak pernah bisa diselesaikan.
Masa paling gemilang dan penuh semangat Xin Qiji adalah ketika dia berada di pasukan pemberontak. Saat itu ia masih muda dan ambisius serta tanpa ada rasa takut dapat menyingkirkan seorang pengkhianat dari puluhan ribu musuh.
Dia adalah seorang patriot yang tulus yang menginginkan negara bersatu tetapi tidak pernah memiliki kesempatan bagus untuk mewujudkan mimpinya. Akibatnya, ia harus mengungkapkan perasaannya yang rumit dalam karya sastranya.
Namun, dengan semua sejarah yang menyedihkan itu, tahukah Anda? Sudah lebih dari 600 karya Ci dan karya kaligrafinya yang luar biasa telah diwariskan selama berabad-abad. Meskipun tak bisa mewujudkan mimpinya, setidaknya Xin Qiji telah berhasil meraih prestasinya di bidang lain.