Sejarah Resep Medis Tergila: Pemanfaatan Kentut sampai Feses

By Galih Pranata, Jumat, 19 Mei 2023 | 10:00 WIB
Dalam sejarah, para ahli kesehatan kuno atau tabib harus puas dengan peralatan dan informasi terbatas mereka miliki. Akibatnya, tabib mempraktikkan beberapa pengobatan aneh dan mengerikan dari waktu ke waktu, mulai dari bubuk mumi hingga feses. (Hieronimus Bosch)

Alih-alih menyembuhkan, penggunaan kotoran hewan sebagai pengobatan kadang-kadang malah menyebabkan tetanus dan infeksi lainnya. Utamanya, ketika kotoran dioleskan pada lapisan kulit dengan luka yang menganga.

Namun, kandungan "mikroflora dalam kotoran hewan dapat berperan juga sebagai antibiotik, hingga masih memiliki manfaat sebagai pengobatan berkhasiat yang digunakan  di zaman kuno," terus Khalid.

Bagaimanapun, orang Mesir Kuno memiliki reputasi yang baik sebagai dokter dalam sejarah resep medis di tradisi pengobatan kuno. Akibatnya, banyak budaya kontemporer memandang mereka dan mencoba meniru praktik perawatan kesehatan mereka.

Oorang Yunani Kuno banyak meminjam pengetahuan dari orang-orang Mesir Kuno, dan salah satu barang pinjaman itu adalah resep yang menggunakan kotoran buaya sebagai alat kontrasepsi.

Sejarah resep medis tergila mencatat, para wanita di Yunani kuno percaya bahwa kotoran buaya yang dimasukkan ke dalam vagina mereka akan berfungsi sebagai alat kontrasepsi yang ampuh."Bahkan mungkin itu berhasil," tambahnya lagi.

Setidaknya dalam arti bahwa itu dapat mencegah para pria memandang vagina yang penuh dengan kotoran buaya, mungkin sangat mematikan sehingga mencegah hubungan seksual sejak awal.

Pengobatan reduksi darah yang ekstrem yang dipercaya mengembalikan keseimbangan tubuh. (History)

Hal tergila dalam sejarah resep medis lainnya mungkin pernah terjadi ketika berkecamuknya wabah Black Death, di mana orang-orang di masa itu memanfaatkan kotoran manusia sebagai resep medisnya.

Tak hanya dibaluri kotoran, para pengidap wabah itu juga dimandikan dengan urin. Korban wabah dimandikan air seni beberapa kali sehari, dengan keyakinan bahwa itu akan menyembuhkan mereka, atau setidaknya meringankan gejalanya.

Tentu saja, itu tidak berkhasiat apa pun untuk dapat meringankan, apalagi menyembuhkan. Bermandikan urin hanya akan menyebabkan mereka menghabiskan jam-jam terakhir hidup mereka berbau urin sebelum direnggut nyawanya karena wabah.

Wabah Black Death sering menyebabkan pembengkakan berisi nanah, yang dikenal sebagai bubo, meletus di seluruh kulit. Salah satu pengobatannya adalah dengan membuka bubo agar penyakit dapat keluar dari tubuh.

Kemudian, bekas letusan bubo yang menganga diolesi ramuan khusus yang diperkirakan diambil dari ramuan kotoran manusia. Ramuan kotoran itu terlihat seperti sebuah pasta yang berbau busuk, salah satu yang tercatat dalam sejarah resep medis.

Pasta busuk itu kemudian dioleskan dan dibalut dengan kain, dengan ikatan yang kuat ke dalam luka terbuka. Luka yang dibungkus rapat berguna untuk menjaga agar campuran yang memuakkan tetap ada di dalamnya.

Tak diketahui apakah ramuan pasta kotoran manusia yang berbau busuk dan memuakkan itu dapat bekerja dengan baik. Yang jelas, peristiwa-peristiwa silam telah menunjukkan adanya sejarah resep medis tergila yang pernah ada dalam riwayat manusia.