Sejarah Resep Medis Tergila: Pemanfaatan Kentut sampai Feses

By Galih Pranata, Jumat, 19 Mei 2023 | 10:00 WIB
Dalam sejarah, para ahli kesehatan kuno atau tabib harus puas dengan peralatan dan informasi terbatas mereka miliki. Akibatnya, tabib mempraktikkan beberapa pengobatan aneh dan mengerikan dari waktu ke waktu, mulai dari bubuk mumi hingga feses. (Hieronimus Bosch)

Nationalgeographic.co.id—Wabah-wabah yang pernah menerjang penduduk Bumi, telah banyak memunculkan fakta menarik tentang kehadiran sejarah resep medis tergila.

Seperti halnya Wabah Besar London, yang dimulai pada tahun 1665, adalah wabah pes besar terakhir di Inggris. Meskipun tidak semengerikan wabah Black Death, tapi itu sudah cukup buruk dampaknya.

Dalam satu setengah tahun, lebih dari 100.000 orang meninggal karena persebarannya, dengan gejala-gejala buruk yang meliputi sakit perut, muntah, diare, dan pendarahan dubur yang berlebihan. 

"Pengetahuan medis pada saat itu suram, dan orang-orang putus asa mencari metode untuk menyembuhkan wabah tersebut," tulis Khalid Elhassan kepada History Collection dalam artikelnya The Craziest Cures & Health Fads from History terbitan 9 Mei 2023. Dia mengungkapkan sederet fakta sejarah resep medis yang tampak aneh untuk ilmu kedokteran zaman sekarang.

Di tengah keputusasaan mereka, beberapa dokter beralih ke pengobatan radikal: mulai dari mengendus dan menghirup kentut hingga memanfaatkan kotoran hewan sebagai media pengobatannya.

Premis dasar mereka adalah bahwa wabah itu disebabkan oleh racun, atau uap beracun di udara. Mereka menduga bahwa "jika orang mengencerkan udara jahat dengan sesuatu yang sama jahatnya, itu mungkin mengurangi kemungkinan terkena wabah," imbuhnya.

Oleh karena itu, mereka mengatakan kepada orang-orang untuk memiliki sesuatu yang baunya tidak enak yang bersifat racun. Mereka kemudian berpikir untuk menyimpan kentut mereka di dalam toples dan menyegelnya.

Dengan begitu jika wabah muncul di lingkungan mereka, mereka bisa membuka toples, dan menghirup asap kentut untuk menangkal uap buruk wabah. Namun kenyataannya, "kentut tidak pernah menyelamatkan siapa pun dari wabah," lanjut Khalid.

Pengobatan dengan kentut masih dianggap sebagai pengobatan tergila yang pernah terjadi dalam sejarah resep medis, meski hal itu tidak pernah membuahkan hasil. Ada pun pengobatan lain yang tak kalah gilanya: memanfaatkan kotoran hewan.

Kebanyakan orang akan setuju bahwa kotoran hewan menjijikkan. Namun, itu digunakan secara luas, dan pada titik tertentu beberapa orang kuno memutuskan bahwa kotoran hewan mungkin berguna sebagai obat dan pemulihan kesehatan.

Pada saat peradaban kuno muncul di antara wabah-wabah yang mematikan, kotoran hewan sering diresepkan untuk digunakan sebagai obat dari berbagai wabah dan berbagai macam penyakit.

Orang Mesir kuno, misalnya, bersumpah dengan khasiat kotoran keledai, anjing, kijang, dan kotoran lalat, untuk dapat mengusir roh jahat. Mereka juga menggunakan kotoran hewan untuk menyembuhkan luka mereka.

Alih-alih menyembuhkan, penggunaan kotoran hewan sebagai pengobatan kadang-kadang malah menyebabkan tetanus dan infeksi lainnya. Utamanya, ketika kotoran dioleskan pada lapisan kulit dengan luka yang menganga.

Namun, kandungan "mikroflora dalam kotoran hewan dapat berperan juga sebagai antibiotik, hingga masih memiliki manfaat sebagai pengobatan berkhasiat yang digunakan  di zaman kuno," terus Khalid.

Bagaimanapun, orang Mesir Kuno memiliki reputasi yang baik sebagai dokter dalam sejarah resep medis di tradisi pengobatan kuno. Akibatnya, banyak budaya kontemporer memandang mereka dan mencoba meniru praktik perawatan kesehatan mereka.

Oorang Yunani Kuno banyak meminjam pengetahuan dari orang-orang Mesir Kuno, dan salah satu barang pinjaman itu adalah resep yang menggunakan kotoran buaya sebagai alat kontrasepsi.

Sejarah resep medis tergila mencatat, para wanita di Yunani kuno percaya bahwa kotoran buaya yang dimasukkan ke dalam vagina mereka akan berfungsi sebagai alat kontrasepsi yang ampuh."Bahkan mungkin itu berhasil," tambahnya lagi.

Setidaknya dalam arti bahwa itu dapat mencegah para pria memandang vagina yang penuh dengan kotoran buaya, mungkin sangat mematikan sehingga mencegah hubungan seksual sejak awal.

Pengobatan reduksi darah yang ekstrem yang dipercaya mengembalikan keseimbangan tubuh. (History)

Hal tergila dalam sejarah resep medis lainnya mungkin pernah terjadi ketika berkecamuknya wabah Black Death, di mana orang-orang di masa itu memanfaatkan kotoran manusia sebagai resep medisnya.

Tak hanya dibaluri kotoran, para pengidap wabah itu juga dimandikan dengan urin. Korban wabah dimandikan air seni beberapa kali sehari, dengan keyakinan bahwa itu akan menyembuhkan mereka, atau setidaknya meringankan gejalanya.

Tentu saja, itu tidak berkhasiat apa pun untuk dapat meringankan, apalagi menyembuhkan. Bermandikan urin hanya akan menyebabkan mereka menghabiskan jam-jam terakhir hidup mereka berbau urin sebelum direnggut nyawanya karena wabah.

Wabah Black Death sering menyebabkan pembengkakan berisi nanah, yang dikenal sebagai bubo, meletus di seluruh kulit. Salah satu pengobatannya adalah dengan membuka bubo agar penyakit dapat keluar dari tubuh.

Kemudian, bekas letusan bubo yang menganga diolesi ramuan khusus yang diperkirakan diambil dari ramuan kotoran manusia. Ramuan kotoran itu terlihat seperti sebuah pasta yang berbau busuk, salah satu yang tercatat dalam sejarah resep medis.

Pasta busuk itu kemudian dioleskan dan dibalut dengan kain, dengan ikatan yang kuat ke dalam luka terbuka. Luka yang dibungkus rapat berguna untuk menjaga agar campuran yang memuakkan tetap ada di dalamnya.

Tak diketahui apakah ramuan pasta kotoran manusia yang berbau busuk dan memuakkan itu dapat bekerja dengan baik. Yang jelas, peristiwa-peristiwa silam telah menunjukkan adanya sejarah resep medis tergila yang pernah ada dalam riwayat manusia.