Nationalgeographic.co.id—Saat penobatannya, Raja Charles III menggunakan benda-benda dari penobatan sebelumnya. Hal ini dilakukan demi keberlanjutan dan efisiensi. Dikenal sebagai "Raja Iklim", Charles berupaya menjaga Bumi demi generasi mendatang.
Meski benda-benda penting yang digunakan Raja Charles sudah pernah digunakan sebelumnya, semuanya merupakan benda yang bernilai sejarah tinggi. Sebagian perlu disesuaikan lagi agar pas saat dikenakan oleh sang raja. Misalnya jubah penobatan.
Busana rumit untuk penobatan Raja Charles III
Istana Buckingham mengungkapkan detail tentang pakaian yang dikenakan Raja Charles III di Westminster Abbey untuk penobatannya. “Semua itu termasuk tunik tanpa lengan, jubah bangsawan, mantel kerajaan, ikat pinggang, dan sarung tangan,” tulis Sam Montgomery di laman Tatler.
Supertunica (jubah bangsawan) dan mantel kerajaan biasa digunakan kembali. Namun Raja Charles III juga menggunakan kembali barang-barang lain dari penobatan raja sebelumnya. Ini dilakukan demi kepentingan keberlanjutan dan efisiensi.
Urutan busana yang akan dikenakan diterapkan dengan cermat selama upacara mematuhi dikte Liber Regalis atau Royal Book. Berasal dari abad ke-14, Liber Regalis adalah sebuah manuskrip tentang hiasan yang diterbitkan untuk penobatan Raja Richard II dan Ratu Anne. Manuskrip itu kerap disebut sebagai buku instruksi yang dirancang untuk membantu orang mengatur dan menjalankan penobatan Raja Inggris.
Raja Charles III memasuki Westminster Abbey dengan jubah merah tua dan jubah kerajaan. Istana Buckingham menggonfirmasi bahwa Charles III mengenakan jubah yang sama yang dikenakan oleh kakeknya, Raja George VI. Raja George VI mengenakannya saat penobatan pada 12 Mei 1937.
Sebagai persiapan, jubah tersebut dirawat oleh Royal School of Needlework. Sedangkan lapisan dan renda emas dirapikan kembali oleh Ede & Ravenscroft.
Jubah luar merah tua adalah jubah beludru pendek dengan kerah tinggi, biasanya disulam dengan hiasan emas. Bahu kiri menampilkan Bintang Garter perak. Pada tahun 1953, mendiang Ratu menghilangkan jubah luar dan memilih gaun bordir. Kedua jubah itu dianggap sebagai simbol status duniawi yang harus dilepaskan melalui pengurapan dan penahbisan.
Raja Charles III mengenakan colobium sindonis (tunik tanpa lengan) yang sebelumnya dikenakan oleh kakeknya saat penobatannya. Tunik seperti linen putih dipasangkan dengan kerah polos yang diikat dengan satu kancing. Busana ini mirip dengan pakaian biarawan, sebagai lambang kemurnian dan kesederhanaan.
Raja mengenakan tunik tanpa lengan setelah pengurapan, momen paling sakral dari upacara. Ini sebagai lambang di mana raja menghapus semua simbol status dan keagungan. Setelah itu, Uskup Agung mengoleskan minyak suci ke tangan, dada, dan kepala Charles III. Colobium sindonis dibuat oleh Ede & Ravenscroft.
Setelah pengurapan, maka penobatan resmi pun dilaksanakan. Saat itu, raja mengenakan supertunica atau jubah bangsawan. Supertunica adalah jubah emas yang terinspirasi oleh Kekaisaran Bizantium. Desainnya berasal dari penobatan di Abad Pertengahan.