Penggunaan hijab menjadi semakin sering di Aceh justru terjadi pasca kemerdekaan Indonesia. Di masa sebelumnya, penutup kepala hanya ija sawak yang di atas kepala dan bersanggul. Pengetatan penggunaan hijab kemudian santer seiring dengan undang-undang daerah di tahun 2001.
"Isu tentang 'penampilan asli' Cut Nyak Dien yang berjiljab sebenarnya sudah muncul sejak sembilan tahun ketika sebuah akun Facebook bernama Seuramoe Mekkah memunculkan sebuah foto perempuan berjilbab yang diklaim sebagai foto Cut Nyak Dien," kata Hendi Jo, jurnalis dan peneliti sejarah.
Menurutnya, setelah ia menyelidiki kasus tersebut, ternyata foto yang diunggah akun itu bukanlah foto Cut Nyak Dien, melainkan foto istri Panglima Polim yang dipotret pada 1903. Dia menambahkan, sementara di foto lainnya, malah istri Panglima Polim itu berpose tidak sedang memakai jilbab, ungkapnya.
Berkait dengan Komik Muslimah Pejuang Nusantara yang menampilkan Cut Nyak Dien berjilbab belakangan ini, Hendi Jo berkomentar, "Jadi saya tidak paham dari mana Komik Muslimah Pejuang Nusantara itu mengambil acuan secara historis? Mereka harus menjelaskannya itu secara ilmiah, tidak ada cara lain."
Apabila tidak ada penjelasan dari penanggung jawab visual komik tersebut, kata Hendi, hal itu akan menjadi bola liar politik sepanjang masa dan hanya akan membuat ribut saja.
Hendi menyayangkan bahwa rekayasa busana Cut Nyak Dien dalam komik itu "seperti 'melecehkan' budaya Aceh yang sejatinya tidak pernah meributkan soal ini," pungkasnya.