Kematian sang Suami Mengobarkan Semangat Juang Cut Nyak Dien

By Sysilia Tanhati, Senin, 15 Mei 2023 | 14:00 WIB
Cut Nyak Dien merupakan salah satu pejuang wanita yang ditakuti oleh Belanda. Sepeninggal suami pertamanya, ia terdorong untuk melanjutkan perjuangan mengusir Belanda dari Aceh. (History/Universal )

Nationalgeographic.co.id—Cut Nyak Dien merupakan salah satu pejuang wanita yang ditakuti oleh Belanda. Namun bagaimana ia bisa ikut berjuang melawan tentara Belanda? Rupanya, perjuangan pahlawan dari Tanah Rencong itu berawal dari kematian Teuku Ibrahim, sang suami, saat bertempur melawan penjajah Belanda. Kematian Teuku Ibrahim memancing kemarahan Cut Nyak Dien dan membuatnya bersumpah untuk membasmi Belanda.

Putri keluarga bangsawan

Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848.

Ayahnya Teuku Nanta Seutia adalah seorang hulubalang (kepala pemerintahan) VI Mukim. Sedangkan ibunya merupakan putri hulubalang Lampageu.

“Saat masih kecil, ia diberi pendidikan agama oleh orang tua dan guru agamanya,” tulis Watik Ideo di buku Seri Pahlawan Nasional: Cut Nyak Dien. Sebagai anak perempuan yang diharapkan akan berkeluarga, Cut Nyak Dien muda pun diajarkan mengenai cara mengurus rumah tangga. Ia belajar memasak, bagaimana melayani suami, dan mengerjakan semua urusan rumah tangga.  

Tumbuh sebagai gadis yang cantik, banyak laki-laki yang terpikat padanya dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun (tahun 1862), ia dijodohkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari hulubalang Lamnga XIII. Pernikahan keduanya dikarunia seorang putra.

Teuku Ibrahim berjuang melawan Belanda

Teuku Ibrahim berjuang melawan kolonial Belanda. Saat itu, ia kerap meninggalkan Cut Nyak Dien dan putranya selama berbulan-bulan.

Suatu hari, Teuku Ibrahim pulang ke Lampadang dan menyerukan perintah mengungsi. Ia memerintahkan rakyat agar mencari perlindungan di tempat yang aman. Atas seruan dari suaminya itu, Cut Nyak Dien bersama penduduk lainnya kemudian meninggalkan daerah Lampadang pada 29 Desember 1875.

Teuku Ibrahim terus melanjutkan perjuangannya. Namun beberapa tahun setelah Cut Nyak Dien mengungsi, ia mendapatkan berita duka perihal sang suami. Pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim wafat saat berjuang melawan Belanda.

Kematian suaminya itu membuat Cut Nyak Dien terpuruk

Kematian Teuku Ibrahim mendorong Cut Nyak Dien untuk angkat senjata dan melawan penjajah