Berhasil mendapatkan senjata dari Belanda, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien pergi dengan seluruh pasukan. Mereka juga mendapatkan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi setelah menipu Belanda. Strategi pengkhianatan yang dilakukan oleh Teuku Umar disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).
Tentu saja Belanda murka dan berupaya untuk menangkap kedua suami istri pejuang Aceh itu. Mereka melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Saat itu, para pejuang Aceh sudah memiliki senjata untuk melawan Belanda. Bahkan Jenderal Belanda pun berhasil dibunuh oleh pejuang Aceh.
Hal ini membuat Belanda semakin panik dan terjebak dalam kesulitan melawan pejuang Aceh yang bersemangat.
Teuku Umar meninggal di medan tempur
Saat melawan Belanda, Teuku Umar gugur dalam medan perang di Meulaboh. Rencana penyerangannya telah diketahui oleh Belanda.
Meski ditinggal mati oleh suami keduanya, Cut Nyak Dien terus melanjutkan pertempurannya selama enam tahun. Pejuang wanita itu bergerilya dari satu wilayah ke wilayah lain. Tentu saja, dalam perjuangan mengusir Belanda, Cut Nyak Dien harus menghadapi penderitaan, kehabisan makanan, uang, dan pasokan senjata.
Baca Juga: Cerita Anton Stolwijk Membuka Potret Sejarah Perang Aceh-Belanda
Baca Juga: Tujuh Perempuan asal Inggris sampai Aceh Mengubah Sejarah Dunia
Baca Juga: Singkap Sejarah Kerja Sama Kesultanan Aceh dengan Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Ereveld Ancol Berbagi Histori: Ziarah Para Pejuang Aceh yang Terlupakan
Seiring dengan berjalannya waktu, usianya pun makin bertambah. Tenaganya tidak sekuat seperti saat masih muda dulu.
Cut Nyak Dien dengan keadaan fisiknya yang mulai renta terus berupaya melarikan diri dari serangan Belanda. Bahkan, ia dan pasukannya mulai melemah karena ancaman demi ancaman yang datang dari Belanda.
Di tengah-tengah perjuangan, ia dikhianati oleh panglimanya, Pang Laot berkhianat. Pengkhianat bersama pasukan Belanda lain kemudian mencari keberadaan Cut Nyak Dien. Mereka berhasil menemukan persembunyian Cut Nyak Dien dan kemudian membawa Cut Nyak Dien ke Kutaradja.
Cut Nyak Dien diasingkan ke Pulau Jawa, Sumedang, Jawa Barat, pada 1907. Setahun masa pengasingannya, Cut Nyak Dien menghembuskan napas terakhir. Di tempat inilah perjuangannya berakhir.
Cut Nyak Dien menjadi salah satu sosok wanita Indonesia yang patut dicontoh keberaniannya. Sejak 2 Mei 1964, Cut Nyak Dien dianugerahi sebagai pahlawan nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964. Cut Nyak Dien merupakan seorang perempuan Aceh yang tidak kenal menyerah dalam berjuang, ia terus berjuang hingga akhir hayatnya.