Kaisar Romawi Augustus dan Calon Penerusnya Selalu Meninggal Misterius

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 19 Mei 2023 | 15:15 WIB
Kaisar Romawi Augustus sangat hebat dalam memimpin Kekaisaran Romawi, namun sayang dia kesulitan untuk mencari calon penerus takhta karena selalu meninggal misterius. (Cris)

Nationalgeographic.co.id—Augustus (63 SM-14 M) adalah Kaisar dari Kekaisaran Romawi yang dengan gemilang berhasil menemukan cara memerintah Roma meraih banyak pencapaian spektakuler. Namun sayangnya, untuk menurunkan takhta Romawi selanjutnya, Augustus mengalami kesulitan karena calon penerusnya selalu meninggal misterius.

Seperti diketahui, Augustus membawa perdamaian dan stabilitas ke dunia Romawi setelah era kekacauan dan perang saudara.

Dia melindungi seni dan seniman seperti Virgil dan Ovid, mengamankan perbatasan dan mereformasi tentara, dan mengatur kembali masyarakat Romawi, mengesahkan banyak undang-undang yang dimaksudkan untuk memulihkan moralitas. Augustus menjadi inspirasi dan model bagi para pemimpin selanjutnya. 

Untuk meneruskan takhta, Augustus menetapkan prinsip hereditas. Kaisar berikutnya akan menjadi darah laki-laki terdekat dengan yang sebelumnya.

Pilihan keturunan Augustus sebagai mekanisme suksesi agak aneh karena dia tidak memiliki kerabat dekat laki-laki. Dia tidak memiliki anak laki-laki dari salah satu dari tiga pernikahannya, juga tidak memiliki saudara laki-laki. Yang harus dia tangani adalah tiga wanita: Saudara perempuannya Octavia, Putrinya Julia dan istri ketiganya, Livia. 

Ahli Waris dan Selalu Meninggal Misterius

Augustus pertama-tama melihat saudara perempuannya Octavia, yang memiliki ahli waris yang menjanjikan dalam diri putra remajanya, Marcellus.

Koin emas berwajah Kaisar Romawi Augustus Deified di depan dan dibaliknya ada simbol legiun Romawi p (Lutfi Fauziah)

Untuk memantapkan Marcellus sebagai ahli warisnya, Augustus memaksa putrinya yang berusia 14 tahun, Julia, untuk menikahi Marcellus pada tahun 25 SM.

Augustus kemudian mulai mempersiapkan Marcellus untuk mengambil alih, mengangkatnya meskipun masih muda ke beberapa jabatan pemerintahan, sehingga dia mendapatkan pengalaman dan rasa hormat sebagai seorang pemimpin.

Marcellus cerdas dan populer, dan masa depannya tampak menjanjikan. Namun, dua tahun kemudian, Marcellus terserang penyakit, dan tiba-tiba meninggal ketika dia baru berusia 19 tahun.

Augustus selanjutnya memusatkan perhatiannya pada teman dan jenderalnya yang setia, Agrippa, yang telah memainkan peran kunci dalam naiknya Augustus ke tampuk kekuasaan dan secara efektif menjabat sebagai wakilnya. Julia yang berusia delapan belas tahun terpaksa menikah dengan Agrippa yang berusia 43 tahun, menjadikan pewaris jenderal Augustus.