Nationalgeographic.co.id—“Baku-san, ayo makan mimpiku. Baku-san, ayo makan mimpiku. Baku-san, ayo makan mimpiku.” Anak-anak yang mengalami mimpi buruk disuruh bangun dan mengulangi kalimat ini tiga kali.
Pada pergantian abad ke-20, anak-anak di Jepang biasa tidur dengan jimat Baku di samping tempat tidur mereka. Saat mengucapkan kata-kata ini, Baku diyakini masuk ke kamar anak itu dan melahap mimpi buruknya, membiarkan anak itu kembali tidur dengan tenang.
Kisah mimpi buruk yang dilahap Baku sebenarnya berasal dari cerita rakyat Tiongkok. Mitologi Tiongkok memiliki tradisi monster hibrida yang dibuat dari bagian beberapa hewan.
Mo quadripartite dari mitologi Tiongkok adalah monster fantastis yang terdiri dari cakar harimau, ekor sapi, mata badak, dan belalai gajah.
Seorang penyair sekitar abad ke-9 masa dinasti Tang kekaisaran Tiongkok bernama Bai atau Bo Juyi mempopulerkan gagasan bahwa gambar binatang hibrida yang memiliki potongan bentuk tubuh berbeda-beda ini dapat menangkal penyakit dan kejahatan.
Baru kemudian, antara abad ke-14 dan ke-15, makhluk mitologi itu muncul dalam hikayat Jepang pada periode Muromachi.
Cerita mitologi Baku semakin berkembang. Baku Jepang dijiwai dengan kemampuan untuk menangkis mimpi buruk. Sementara di Tiongkok, Mo dikaitkan dengan kekuatan magis melawan pengaruh jahat dan sial.
Baku dianggap sebagai makhluk spiritual, ia memiliki penampilan chimera. Binatang mitologis yang terdiri dari berbagai bagian dari hewan lain, digambarkan dengan tubuh seperti beruang, belalai gajah, cakar harimau, ekor lembu, dan telinga serta mata seperti badak.
Menurut legenda Jepang, Baku diciptakan dari potongan-potongan cadangan yang tersisa ketika para dewa selesai menciptakan semua hewan lainnya. Chimera adalah suatu mahkluk mitologi yang terdiri dari berbagai anggota badan hewan yang berbeda-beda.
Dalam ilustrasi Jepang di tahun 1791 Baku diilustrasikan pada ukiran kuil dalam cetakan balok kayu Jepang era klasik pra Meiji dengan kepala, gading dan belalai gajah, dan cakar harimau. Seni patung Netsuke yaitu seni patung yang dikembangkan di Jepang selama lebih dari tiga ratus tahun menggambarkan Baku yang berjongkok.
Gambaran Baku ini diciptakan seniman periode Edo kekaisaran Jepang bernama Sadatake. Lain lagi dengan penggambaran Baku dalam manuskrip Jepang di awal abad ke-17, Sankai Ibutsu mendeskripsikan Baku sebagai mahkluk yang pemalu. Padahal cerita mitologi menuangkan persepsi mahkluk ini adalah monster menyeramkan.