Sejarah Singapura: Memulai Reklamasi Sejak Zaman Thomas Raffles

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 30 Mei 2023 | 08:00 WIB
Collyer Quai adalah salah satu hasil reklamasi dalam sejarah Singapura era kolonialisme Inggris. Namanya diambil dari George Collyer, seorang insinyur kota yang begitu ambisius dalam reklamasi. (National Archives of Singapore)

Operasi pengisian rawa itu dimulai pada Mei 1932 dan baru selesai pada Oktober 1936. Di sinilah, Bandara Kallang berdiri dan dibuka pada tahun berikutnya oleh Gubernur Shenton Thomas.

30 tahun berlalu, Singapura pun merdeka. "Reklamasi Besar" yang pertama dalam sejarah Singapura langsung direncanakan. Mereka berencana menambah lahan seluas 1.525 hektare di sepanjang pesisir tenggara pulau. Proyeknya dimulai di lokasi East Coast Reclamation pada 1966 selama 30 tahun.

Total biaya proyek East Coast sebesar 613 dolar AS. Tanahnya diambil dari berbagai termasuk seperti Dataran Siglap dan perbukitan di Bedok dan Tampines. Datarannya dipotong oleh ekskavator untuk di bawa tongkang ke lokasi reklamasi.

"Lahan reklamasi sebagian besar digunakan untuk tujuan komersial dan perumahan. Di pantai timur, perumahan seperti Marine Parade dan Katong bermunculan, menyediakan akomodasi untuk sekitar 100.000 penduduk," ungkap Lim.

Tampang Singapura tahun 1984 dari satelit. Dalam sejarah Singapura, pesisir pulaunya telah direklamasi sejak kolonialisme Inggris. (Google Earth)

Potret Singapura dari satelit tahun 2020. Dalam sejarah Singapura, reklamasi kontemporernya membuat kepulauan kecilnya menyatu sebagai pulau besar. (Google Earth)

"Ujung lain dari tanah reklamasi di sekitar Marina Bay adalah untuk menyediakan ruang di masa mendatang untuk perluasan pusat kota. Hebatnya, ide inti pusat kota baru ini disusun beberapa dekade sebelum gedung pencakar langit pertama muncul di sini pada abad ke-21," lanjutnya.

Pesisir paling timur pulau Singapura tidak luput dari reklamasi. Pemerintah mengembangkan proyek untuk Bandara Changi pada tahun 1967. Setidaknya sepanjang 1972 hingga 1979, sekitar 61 hektare tepi pantai direklamasi untuk membuat proyek ini.

Pada periode 1990-an hingga awal 2000-an, reklamasi cenderung dimaksudkan untuk industri hiburan dan pariwisata. Di sinilah, dalam sejarah Singapura perlu untuk mengimpor pasir seperti  dari Indonesia, Malaysia, dan Kamboja.

 

Pulau Jurong adalah kawasan industri terbesar di Singapura. Pulau ini adalah hasil reklamasi yang menggabungkan pulau-pulau kecil. (William Cho/Flickr)

Reklamasi untuk sektor hiburan dan pariwisata lebih banyak dilakukan di kawasan barat pulau. Dalam proyek ini, pulau kecil dibesarkan dan beberapa pulau bersejarah disatukan menjadi kesatuan pulau besar seperti yang terjadi pada Pulau Tekong dan Pulau Tekong Kechil.

"Dapat dipastikan bahwa Singapura yang kekurangan lahan akan terus melakukan reklamasi untuk memenuhi permintaan populasinya yang terus bertambah di masa mendatang," Lim berpendapat. Singapura diperkirakan akan membutuhkan lahan tambahan seluas 5.600 hektare pada 2030 untuk menopang populasi harapan sebesar hampir tujuh juta.

Akan tetapi, impor pasir memiliki kekurangan seperti harganya yang meningkat dan dampaknya pada ekosistem. Oleh karena itu, Singapura harus memikirkan cara lain agar kawasannya bisa cukup untuk penduduk dan penggunannya.