Ende Jadi Saksi: Budaya Bangsa Mewarisi Sejarah Lahirnya Pancasila

By Galih Pranata, Kamis, 1 Juni 2023 | 07:01 WIB
Patung Soekarno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, sebagai saksi sejarah lahirnya Pancasila yang terilhami budaya bangsa Indonesia. (Dinas Parekraf Provinsi NTT)

Rapat Besar BPUPKI pada 1 Juni 1945 menjadi hari dimana Pancasila lahir. (IPPHOS)

Dari buah kisahnya, Soekarno berdialektika dan bertutur tentang dinamika yang terjadi dalam pengalaman hidupnya, tentang keberagaman budaya bangsanya, dan tentang keindahan alam negerinya.

Selama di Ende, Soekarno untuk pertama kalinya dapat melihat dan mengenal arti dan makna keberagaman budaya dan agama. Ia menemukan banyak hal yang ia tidak temukan di tanah Jawa.

Ende menjadi saksi, lahirnya gagasan pemikiran Soekarno tentang butir-butir Pancasila yang tumbuh subur. Butir-butir itu terbagi dalam 4 kata kunci: Islam, diskusi, aksi teater, dan refleksi.

Ia memahami bahwa gagasannya lahir dari karakter dan budaya bangsanya. "Soekarno mengatakan Pancasila lahir dari semangat budaya, agama dan peran yang kuat adalah Islam," sambung Samingan dan Yosef.

Masyarakat Indonesia yang berbudaya, tidak akan lepas dari aspek Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan sosial di dalamnya. Maka dari itu, budaya bangsa yang sebenar-benarnya telah mewarisi sejarah lahirnya Pancasila.

Seterusnya, Seokarno membawa gagasan itu dalam sidang pertama oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang dilaksanakan pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945.

Sebuah mimbar di gedung Chuo Sangi In yang kini menjadi Gedung Pancasila, menjadi saksi di mana Soekarno secara lantang menjelaskan lima gagasan Negara Indonesia selama satu jam.

Sejarah mencatat, Soekarno mengumandangkan keyakinannya lewat Weltanschauung Pancasila, sebagai elemen yang harus tertanam dalam jati diri bangsa sebagai bekal persatuan dan kesatuan.

Weltanschaaung Pancasila berarti penanaman nilai-nilai Pancasila sebagai etika hidup bangsa Indonesia. Pancasila yang memiliki nilai keluhuran, diharapkan oleh Soekarno untuk menjadi pandangan hidup segenap bangsa Indonesia.

Melalui pandangan hidup, harapan tentang menjadi pribadi bangsa yang berbudi pekerti jadi alasan Soekarno percaya terhadap Pancasila. Baginya ada banyak nilai yang digali dari Pancasila dan dari sana kepribadian dan budaya bangsa mengilhami Pancasila.

Pancasila telah menjadi benteng kuat yang lebih kokoh dibandingkan Tembok Berlin di Jerman. Sejak kontestasi ideologi saat Perang Dingin, bukan liberalis, juga bukan komunis, Indonesia telah berpegang teguh pada Pancasila.

Setelah disepakatinya, Pancasila lahir sebagai falsafah dan ideologi yang melekat dalam diri bangsa. Sejarah membuktikan, Ende menjadi saksi bisu lahirnya Pancasila dari bawah rindangnya pohon sukun di tepi laut.