Pengurangan Emisi Saat Pandemi Telah Meningkatkan Pemanasan Global

By Ricky Jenihansen, Jumat, 2 Juni 2023 | 14:00 WIB
Pembatasan pandemi tidak berpengaruh pada gas rumah kaca berusia panjang, dan bahkan meningkatkan pemanasan iklim. (NASA)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru dari Stockholm University telah menunjukkan, bahwa pembatasan selama pandemi Covid di Asia Selatan sangat mengurangi konsentrasi partikel pendingin berumur pendek di udara.

Akan tetapi, pembatasan saat pandemi tidak mempengaruhi konsentrasi gas rumah kaca berumur panjang, dan justru meningkatkan pemanasan iklim.

Rincian penelitian tersebut telah diterbitkan di jurnal akses terbuka belum lama ini di NPJ Climate and Atmospheric Science. Jurnal tersebut diterbitkan dengan judul "Aerosol demasking enhances climate warming over South Asia."

Dengan demikian, para peneliti dapat melihat bagaimana pengurangan emisi dari polusi udara menghasilkan udara yang lebih bersih. Namun, di sisi lain juga membuat pemanasan iklim yang lebih kuat.

Emisi sulfur dan nitrogen oksida serta polutan udara lainnya menyebabkan pembentukan aerosol (partikel) di udara. Partikel ini dapat mengimbangi, atau menutupi, pemanasan iklim penuh yang disebabkan oleh gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana.

Namun, ada kekurangan pengetahuan tentang 'efek masking' ini. Untuk menentukan ukurannya, diperlukan eksperimen skala besar yang melibatkan wilayah besar—hal ini tidak mungkin dilakukan.

Pandemi Covid menjadi eksperimen yang 'alami'. Pada musim semi tahun 2020, aktivitas banyak industri dan transportasi di seluruh dunia menurun akibat pembatasan pandemi.

Ini menciptakan peluang unik untuk mempelajari apa yang terjadi pada iklim jika emisi gas dan aerosol dikurangi dengan cepat.

Para peneliti telah menggunakan stasiun pengukur di Maladewa paling utara Di Hanimaadhoo. Tempat itu merupakan stasiun pengukur di Maladewa paling utara di lepas pantai India untuk memahami hal itu.

Mereka telah mengukur komposisi atmosfer dan radiasi selama dua dekade.

Pengukuran mengungkap dampak polusi udara terhadap iklim dan kesehatan di Asia selatan. Stasiun pengukur ditempatkan secara strategis untuk menangkap massa udara dari anak benua Asia dan terletak di area dengan sedikit sumber emisi regional.

Ketika emisi tiba-tiba menurun selama pandemi di Asia Selatan (terutama Pakistan, India, dan Bangladesh), sebuah peluang diciptakan untuk melihat apa dampaknya terhadap iklim.