Periode Kamakura, Era Ketika Samurai Mengendalikan Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Rabu, 7 Juni 2023 | 12:07 WIB
Di Periode Kamakura, samurai menguasai pemerintahan Kekaisaran Jepang. Seperti apa kehidupan di masa itu? (Utagawa Yoshitora)

Selama Kamakura, orang Jepang biasa mulai mempraktikkan jenis baru Buddhisme, termasuk zen (Chan). Tentu saja ini diimpor dari Tiongkok pada tahun 1191. Selain itu, ada Sekte Nichiren yang didirikan pada tahun 1253. Sekte ini menekankan Sutra Teratai dan hampir dapat digambarkan sebagai Buddhisme fundamentalis.

Selama era Kamakura, seni dan sastra ikut bergeser. “Dari estetika formal dan bergaya yang disukai oleh kaum bangsawan menjadi gaya realistis yang memenuhi selera prajurit,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtci. Penekanan pada realisme ini terus berlanjut hingga Era Meiji dan terlihat di banyak cetakan ukiyo-e dari shogunal Jepang.

Periode ini juga mengalami kodifikasi formal hukum Jepang di bawah kekuasaan militer. Pada tahun 1232, shikken Hojo Yasutoki mengeluarkan undang-undang hukum yang disebut Goseibai Shikimoku yang mengatur hukum dalam 51 pasal.

Ancaman dari pihak asing dan kejatuhan kelas samurai

“Krisis terbesar Era Kamakura datang dengan ancaman dari luar negeri,” tambah Szczepanski Pada 1271, penguasa Mongol Kubilai Khan — cucu Genghis Khan — mendirikan Dinasti Yuan di Kekaisaran Tiongkok.

Setelah mengonsolidasikan kekuasaan atas seluruh Kekaisaran Tiongkok, Kubilai mengirim utusan ke Jepang. Tujuannya adalah untuk menuntut upeti. Tentu saja pemerintah shikken dengan tegas menolak atas nama shogun dan kaisar.

Bangsa Mongol mencoba melakukan dua invasi besar ke Jepang selama abad. Namun keduanya digagalkan oleh angin. Bangsa Jepang menyebutnya sebagai kamikaze, angin dari dewa. (Wikipedia)

Kubilai Khan menanggapi dengan mengirimkan dua armada besar untuk menginvasi Kekaisaran Jepang pada tahun 1274 dan 1281. Hampir tidak dapat dipercaya, kedua armada dihancurkan oleh topan. Topan itu dikenal sebagai kamikaze atau angin dewa di Jepang.

Meskipun alam melindungi Kekaisaran Jepang dari penjajah Mongol, biaya pertahanan memaksa pemerintah menaikkan pajak. Pada akhirnya, kenaikan pajak itu memicu gelombang kekacauan di seluruh negeri.

Shikken Hojo mencoba mempertahankan kekuasaan dengan membiarkan klan besar lainnya meningkatkan kendali mereka sendiri atas berbagai wilayah di Jepang. Mereka juga memerintahkan dua garis berbeda dari keluarga Kekaisaran Jepang untuk berganti penguasa. Hal itu merupakan upaya untuk menjaga salah satu cabang agar tidak menjadi terlalu kuat.

Meskipun demikian, Kaisar Go-Daigo dari Istana Selatan menunjuk putranya sendiri sebagai penggantinya pada tahun 1331. Penunjukan itu memicu pemberontakan yang menjatuhkan Hojo dan boneka Minamoto pada tahun 1333. Keduanya digantikan, pada tahun 1336, oleh Keshogunan Ashikaga yang berbasis di Muromachi. Goseibai Shikimoku tetap berlaku sampai Periode Tokugawa atau Edo.

Namun kelas samurai akhirnya menghilang dari Jepang sejak Restorasi Meiji yang mengubah banyak hal.