Oni, Pergeseran Makna Makhluk Iblis dalam Mitologi Kekaisaran Jepang

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 9 Juni 2023 | 19:00 WIB
Lukisan Kukai (Kobo Daishi) Mempraktikkan Tantra, dengan Iblis (Oni) dan Serigala dalam mitologi Jepang, karya Katsushika Hokusai. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Gambaran umum tentang oni dalam mitologi Jepang adalah makhluk ganas berwarna merah atau biru dengan dua tanduk dan mata melotot. Ia juga digambarkan menggenggam semacam gada, seperti dalam ilustrasi dongeng klasik Momotaro.

Istilah oni, kadang-kadang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “setan” atau “raksasa”. Namun, selama berabad-abad, makna istilah Jepang ini telah bergeser. 

Banyak peneliti di Jepang telah mempelajari materi kuno dan abad pertengahan, untuk menulis tentang oni dari sudut pandang studi sastra atau cerita rakyat. Kendati demikian, Koyama Satoko, merupakan orang pertama yang menelusuri citra oni dan latar belakang sosialnya dari sudut pandang sejarah.

"Oni telah memengaruhi hati dan pikiran orang Jepang sejak zaman kuno hingga saat ini," kata Koyama. "Bagaimana orang-orang bisa memahami makhluk ini dan meneruskan pemikiran mereka tentang makhluk ini? Menelusuri silsilah oni berarti mengintip ke dalam jiwa orang Jepang."

Kemunculan Oni dalam Sejarah

Lebih dari 2.000 tahun lalu, masyarakat Tiongkok meyakini bahwa setelah kematian orang menjadi gui atau roh, dan tinggal di dunia bawah. 

Gui diperbincangkan sebagai bagian dari kepercayaan lokal, Konfusianisme, dan Taoisme. Ia juga mendapat pengaruh dari agama Buddha, setelah agama ini menyebar ke Tiongkok. 

Batas antara gui dan shen (dewa) tidaklah jelas. Beberapa gui dapat menjadi objek pemujaan, sementara yang lain dapat dikendalikan melalui sihir. Ia juga dianggap menyebarkan penyakit.

Konsep ini menyebar ke mitologi Jepang paling lambat pada abad ketujuh, dan bertransformasi menjadi lebih mudah diterima.

"Sejak awal, gui di Jepang memiliki citra yang beragam. Pada periode Heian [794-1185], mononoke [roh orang yang tidak dikenal] kadang-kadang disebut oni, tetapi ide Tiongkok menggunakan kata tersebut untuk semua roh orang mati hanya diadopsi sebagian,” jelas Koyama.

“Di Tiongkok, gui bisa berarti baik atau jahat, tetapi istilah oni hanya digunakan untuk makhluk jahat di Jepang. Ada juga pengaruh yang kuat dari ajaran Buddha esoterik, yang telah memasukkan konsep oni sebagai dewa."

Sejarah Kekaisaran Jepang kuno, disusun atas perintah kekaisaran, termasuk penggambaran atau deskripsi mengenai aktivitas oni.