Tertulis dalam Nihon shoki, pada tahun 544 orang-orang yang disebut Mishihase dari bagian utara Jepang (beberapa ahli berpendapat bahwa mereka adalah orang Ainu atau Tungusic) datang ke daratan di pulau Sado. Para penduduk pulau takut untuk mendekat, dengan keyakinan bahwa mereka adalah oni.
Dalam Shoku Nihongi (797), ada deskripsi tentang seorang jujutsushi atau dukun yang dikabarkan berada di Gunung Yamato Katsuragi pada tahun 699. Dipercayai, bahwa dukun itu memiliki kemampuan yang dapat mengendalikan oni dengan rapalan mantra.
Dalam mitologi Jepang, kisah mengenai kebrutalan oni tercatat dalam Nihon sandai jitsuroku (901). Disebutkan pada tahun 887 seorang wanita dimakan oleh oni di malam hari di Heiankyō (sekarang Kyoto). Tercatat pula bahwa terjadi 36 kejadian serupa di bulan yang sama.
Sejarah budaya Buddha abad ke-12, Fusō ryakuki, melaporkan bahwa jejak kaki oni ditemukan di istana kekaisaran pada tahun 929. Jejak tersebut digambarkan sebagai jejak kaki yang besar dengan dua atau tiga kuku; pada saat itu oni diyakini memiliki dua atau tiga jari kaki di setiap kakinya.
"Seperti yang ditunjukkan oleh catatan Nihon shoki, penting untuk dicatat bahwa oni dianggap mendarat dari tempat lain," kata Koyama. Dan bahkan jika itu hanya rumor, kisah-kisah tentang kemunculan oni dilaporkan ke pengadilan, dan dianggap cukup mengerikan sehingga perlu dicatat secara rinci dalam sejarah resmi."
Oni: Musuh di Masa Perang
Pada zaman kuno dan awal abad pertengahan, makhluk mitologi Jepang yang disebut sebagai oni memiliki citra yang benar-benar menakutkan. Namun, memasuki periode Muromachi, keraguan tumbuh tentang keberadaan mereka, dan mereka mulai dibicarakan seperti makhluk gaib lainnya seperti yurei dan yokai. Bahkan, banyak gulungan gambar yang mengilustrasikan oni dengan kocak.
Sejak era Meiji (1868-1912), oni mulai diasosiasikan dengan perang. Selama Perang Rusia-Jepang, terdapat buku-buku bergambar yang menunjukkan Momotarō menaklukkan oni Rusia. Sementara pada Perang Dunia II, tentara AS dan Inggris direpresentasikan sebagai oni.
Dalam animasi berdurasi penuh pertama di Jepang, Momotarō: Umi no shinpei (Prajurit Laut Ilahi Momotarō), yang dirilis pada bulan April 1945, oni di Onigashima digambarkan hanya sebagai orang Barat dengan tanduk tunggal.
Oni, Mitologi Jepang dalam Budaya Populer
Saat ini, oni dikenal sebagai sejenis yokai yang muncul dalam berbagai gim video, manga, maupun anime. Dalam budaya populer, ia memiliki penggambaran yang beragam.
Ada oni merah dan biru yang lucu dalam seri Yōkai Watch, sedangkan oni (setan) dalam fenomena sosial Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba memiliki penampilan dan kepribadian yang bervariasi, dan sangat berbeda dengan oni dalam cerita rakyat.
Boleh saja menikmati oni sebagai karakter yang menarik, tetapi Koyama mengatakan bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah negatif mereka.
"Sejak zaman dahulu, orang Jepang menggambarkan target prasangka dan pengucilan mereka sebagai oni, yang disalahkan atas segala jenis krisis nasional,” kata Koyama.
Koyama juga menegaskan, secara historis, masyarakat Kekaisaran Jepang telah mengasosiasikan oni dengan orang asing dan musuh di masa perang.
Apabila kita menafsirkan oni dalam sejarah yang panjang Kekaisaran Jepang, boleh jadi ia bukan hanya sekadar yokai sederhana. Lebih dari sekedar roh, dalam mitologi Jepang, oni merupakan perwujudan dari sisi gelap manusia.