Sejarah Perkeretaapian Hindia Belanda di Het Spoorwegmuseum Utrecht

By Galih Pranata, Minggu, 11 Juni 2023 | 12:00 WIB
Litografi tentang suaasa stasiun di Jawa. 10 Agustus 1867 jadi momen awal pengoperasian kereta api yang memulai sejarah perkeretaapian di Hindia Belanda. (Het Spoorwegmuseum Utrecht)

Ia menulis dalam Journal of Indonesian History berjudul "Perkembangan Perkeretaapian Pada Masa Kolonial di Semarang Tahun 1867-1901" yang terbit pada tahun 2015.

Para pekerja kereta api (kemungkinan foto ini diambil di Semarang). Trayek Semarang-Vorstenlanden mengawali sejarah perkeretaapian Indonesia. (Universiteit Leiden)

Yusi menyebut bahwa "kereta api di Pulau Jawa bertalian erat dengan kebutuhan akan sarana pengangkutan barang-barang atau hasil produksi."

Peningkatan hasil perkebunan dan pertanian, mendorong pemerintah Hindia Belanda menambah transportasi darat. Mereka membutuhkan angkutan yang dapat menembus ke wilayah-wilayah pedalaman Jawa, khususnya di Jawa Tengah.

Penggunaan moda transportasi dengan biaya yang lebih murah, lebih cepat untuk mengangkut hasil perkebunan dan pertanian dalam kapasitas yang besar. Hal inilah yang menjadi alasan pemerintah Hindia Belanda membangun rel kereta api.

Pelopor perkeretaapian di Indonesia adalah NV Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), suatu badan usaha swasta yang berdiri sejak tahun 1862.

"Berdasarkan konsesi yang diberikan oleh Pemerintah kolonial Belanda, NISM membuka jalur kereta api pertama yang menghubungkan antara Semarang-Vorstenlanden (Yogyakarta-Solo)," imbuhnya.

Pembukaan trayek jalur kereta api inilah yang menandai dimulainya sejarah perkeretaapian di Semarang, bahkan di Indonesia.

Berdasarkan Conssesie Gouverment Besluit No.1 tanggal 28 Agustus 1862, proses pembangunan dilaksanakan mulai dari desa Kemijen di Semarang, menuju ke stasiun Tanggung yang berada di daerah Purwodadi (kala itu bagian dari Vorstenlanden).

"Pada awal digunakannya kereta api sebagai salah satu moda transportasi di Semarang, para penduduk pribumi memiliki anggapan bahwa kereta api merupakan kendaraaan hantu," terangnya.

Munculnya anggapan ini berdasar pada kisah saat pembangunan jalan kereta api. Kala itu, pembangunan rel banyak memakan korban jiwa. Orang-orang yang bekerja dalam pembangunan jaringan rel yang mati dianggap menjadi tumbal bagi kelancaran proyek ini.

Pembangunan rel dan moda spoorweg (kereta api) bertujuan untuk mengangkut hasil bumi dari wilayah pedalaman yang akan diekspor melalui pelabuhan Semarang, sekaligus memajukan pertumbuhan ekonomi penduduk pribumi di Semarang.