Perjalanannya tidak membuatnya tampak lebih suci bagi mereka yang melihatnya. Selain sering mabuk, ia juga mengenakan pakaian compang-camping dan kotor akibat gaya hidup gelandangannya.
Meski demikian, dia mendapatkan rasa hormat dan cinta dari orang-orang yang dia layani. Cerita mulai menyebar bahwa dia adalah reinkarnasi dari seorang bodhisattva dan memiliki kekuatan supranatural sendiri.
Beberapa mengidentifikasinya sebagai seorang arhat, seseorang yang telah mencapai pencerahan dan mendapat tempat di nirwana. Dia diyakini sebagai inkarnasi dari Naga Penjinak Arhat, salah satu dari delapan belas individu yang tercerahkan di Tiongkok.
Sumber mengklaim bahwa kunjungan terakhir Ji Gong adalah di Kuil Jingci, tempat dia meninggal pada Mei 1209. Dia dimakamkan di bawah air terjun dekat Hangzhou.
Setelah kematiannya, Ji Gong diadopsi ke dalam kepercayaan Tao sebagai dewa. Mereka mengklaim bahwa dia mengikuti ajaran Laozi untuk menjadi orang yang welas asih dan tercerahkan.
Sementara itu, beberapa umat Buddha mulai mengklaim bahwa Ji Gong dapat berkomunikasi melalui tulisan roh. Dengan membentuk hubungan telepati dengan penulis, dia menyampaikan pesan dari balik kubur.
Pesan-pesan ini umumnya bernada moralistik. Bahkan setelah kematian, Ji Gong diyakini mengajarkan belas kasih dan kemurahan hati yang sama seperti yang dia praktikkan dalam hidup.
Interpretasi Modern
Tidak mengherankan bahwa Ji Gong telah menjadi sosok terkenal dalam budaya pop modern. Meskipun dia dipandang layak dihormati, dia tetap merupakan karakter lucu yang menarik bagi ide-ide modern.
Gambar Ji Gong menekankan cara dia tidak sesuai dengan model tradisional seorang biksu Buddha. Mengenakan pakaian robek, dia biasanya memegang sebotol anggur atau labu minum di satu tangan dan sering mabuk sehingga dia memegang salah satu sepatunya di tangan lainnya.
Dalam sinema dan sastra modern, Ji Gong sering digambarkan sebagai pemabuk kasar yang lebih sering tersandung daripada berjalan. Meskipun demikian, bagaimanapun, dia adalah karakter yang simpatik dan bahkan heroik.
Ji Gong selalu ditampilkan dalam sejarah Tiongkok dengan ekspresi ceria dan riang di wajahnya. Meskipun ini setidaknya sebagian mencerminkan konsumsi alkoholnya, itu juga menunjukkan kedamaian dan kegembiraan yang dia temukan sebagai pengikut Buddha.