Mungkin pelajaran terbaik yang bisa dipetik dari karakter Ji Gong adalah bahwa penampilan seseorang tidak selalu mencerminkan nilai dirinya.
Dalam salah satu ceritanya yang paling terkenal, misalnya, Ji Gong berada di sebuah pesta pernikahan saat dia datang ke sebuah desa kecil. Akan tetapi, kemampuannya untuk melihat masa depan berarti bahwa dia tahu bahwa tragedi akan segera terjadi.
Dia mencoba memperingatkan penduduk desa, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Percaya dia tidak lebih dari seorang musafir mabuk, mereka terus merayakan pernikahan meskipun dia memohon.
Akhirnya, Ji Gong menyerah untuk mencoba meyakinkan orang-orang yang berpikiran tertutup untuk mendengarkan peringatannya. Dia berlari ke tengah pesta pernikahan, mengangkut mempelai wanita ke bahunya, dan mulai berlari ke luar kota.
Seluruh desa mengikutinya, sangat ingin menghentikan orang luar yang mabuk itu dari menyakiti pengantin muda dengan cara apa pun.
Namun, pengejaran mereka terhenti ketika mereka mendengar gemuruh dari belakang mereka. Orang-orang di kota menyaksikan dengan ngeri saat tanah longsor yang tiba-tiba mengubur sebagian besar desa.
Dengan menculik pengantin wanita, Ji Gong dianggap melakukan kejahatan. Faktanya, dia membawa penduduk desa menjauh dari bahaya dan kemungkinan menyelamatkan banyak nyawa.
Menurut sejarah Tiongkok, bahkan sesama biksu awalnya menilai Ji Gong dengan keras karena dia tidak mengikuti semua aturan kuil. Namun, pada akhirnya, dia sama setianya dengan ajaran Buddha.
Sosok komedi Ji Gong berfungsi sebagai pengingat bahwa bahkan orang yang paling rendah hati pun memiliki kapasitas untuk melakukan kebaikan yang besar.