Inilah Tanuki, Anjing Rakun Doyan Minum Sake dalam Mitologi Jepang

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 11 Juni 2023 | 07:35 WIB
Tanuki adalah anjing rakun dalam mitologi Jepang yang memiliki kekuatan pada skrotumnya. (Live Japan)

Nationalgeographic.co.id - Tanuki atau anjing rakun adalah hewan nyata dengan reputasi sihir dan kenakalan di mitologi Jepang. Makhluk nakal dan iseng ini, sedikit bebal dan tidak takut mengubah dirinya untuk mempermainkan manusia.

Istilah tanuki mengacu pada anjing rakun Jepang, subspesies dari anjing rakun Asia. Tanuki merupakan bagian dari makhluk misterius atau roh tak kasat mata yang disebut yōkai dalam mitologi Jepang.

Sifat omnivora, hewan ini keluar pada malam hari untuk mencari makan. Hal itu bisa dikenali dari rambutnya yang panjang dan topeng wajahnya yang khas.

Tanuki memiliki kekhasan untuk hibernasi. Selain itu, sering disalahartikan sebagai rakun atau musang. Dalam mitologi Jepang, anjing rakun memiliki kekuatan magis. 

Bukan hanya itu, tanuki juga disebut bake danuki, roh hutan yang memiliki kekhasan untuk mengubah dirinya sesuka hati untuk menipu laki-laki seperti sahabat karibnya, Kitsune, si rubah ajaib.

Dikenal karena skrotumnya yang besar dan kecintaannya pada sake, alkohol populer yang terbuat dari beras. Anjing hutan ini pertama kali disebutkan dalam Nihon Shoki, koleksi sejarah tentang asal-usul Jepang, yang berasal dari tahun 720.

Tanuki juga muncul di gulungan bergambar abad pertengahan kuno bersama dengan yōkai lain seperti iblis Tengu. Dipopulerkan oleh kisah-kisah Buddhis, Tanuki menjadi sangat melekat dalam cerita rakyat Jepang selama berabad-abad. 

Tergantung pada legenda dan wilayahnya, yōkai ini bisa dianggap baik hati atau bermusuhan. Dalam beberapa cerita, dia bahkan mungkin melakukan pembunuhan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun, Tanuki tidak lagi dianggap berbahaya saat ini, tetapi lebih merupakan orang iseng dan penipu.

Kekuatan Tanuki

Penampilan makhluk mitologi Jepang telah berkembang selama berabad-abad. Representasi hewan ini juga digambarkan dengan sepasang buah zakar raksasanya berasal dari zaman Edo.

Faktanya, kulit testis tanuki yang lentur digunakan untuk membungkus emas di dalamnya saat membuat daun emas. Kekhasan ini mengilhami mitos terkenal tentang permata keluarga yang dapat direntangkan hingga 8 tikar tatami.

Selama periode Edo, legenda seputar Tanuki berkembang. Selain itu, arus ukyo-e memproyeksikan yōkai di garis depan dengan mengeksploitasi skrotum tiupnya dalam berbagai situasi.

Oleh karena itu, banyak seniman seperti Utagawa Kuniyoshi mengalihkan kekhasan ini secara ekstrem. Tanuki dalam berbagai cetakan dan ilustrasi komik membawa testis mereka dalam satu bundel atau menggunakannya sebagai payung.

Representasi Tanuki oleh Utagawa Kuniyoshi. Terlihat tanuki memiliki skrotum besar yang bisa digunakan sebagai payung. (Japan Avenue)

Seperti kebanyakan makhluk mitologi Jepang, Tanuki memiliki kekuatan surgawi. Mereka dapat mengubah dan mengambil bentuk apa pun yang diinginkan, seperti objek atau manusia.

Anjing Rakun adalah ahli ilusi. Ketika menyamar, mereka suka menggunakan sajak kecil untuk memikat orang ke dalam permainan mereka, yang pasti berakhir dengan ketidaknyamanan atau rasa malu.

Pesulap licik ini juga pandai mengangkut orang dan melontarkan kutukan kecil. Mereka suka mengelabui orang agar menyentuh benda-benda ajaib, seperti payung atau kue beras, yang akan menyebabkan orang tersebut dipindahkan ke alam liar yang jauh.

Kutukan favorit mereka menyebabkan ketidaknyamanan dengan memaksa orang berlarian di sekitar bukit atau mengejar benda yang disihir. 

Representasi Budaya

Tanuki adalah makhluk mitologi Jepang. (Live Japan)

Tanuki diyakini berasal dari Tiongkok, di mana orang-orang percaya pada kucing liar yang berubah bentuk seperti dewa, yaitu macan tutul.

Karena Jepang tidak memiliki hewan seperti macan tutul yang menakutkan, para sarjana Jepang mentransfer kekuatan tersebut ke makhluk lain seperti kucing liar, musang, dan bahkan babi hutan.

Akhirnya, rubah dan anjing rakun menjadi wadah paling populer untuk kekuatan magis ini. Mereka dipuja sebagai dewa yang menguasai alam. 

Ketika Buddhisme mengakar di Jepang, pendewaan hewan mulai dianggap primitif. Hanya hewan seperti rubah dan ular, yang diasosiasikan dengan para dewa, yang dapat dianggap kuat.

Kisah tanuki juga muncul dalam beberapa karya penting sastra Jepang seperti Nihon Shoki, Nihon Ryoiki, dan Uji Shui Monogataria.

Makhluk mitologi Jepang ini juga muncul dalam beberapa gambar dan lukisan pena dan tinta Jepang yang indah, tetapi sejauh ini media yang paling populer untuk menggambarkan hewan-hewan ini adalah patung.

Tanuki yang kecil dan tampak ceria sama populernya di taman Jepang seperti halnya kurcaci di taman Barat. Tanuki juga muncul di video game populer saat ini, seperti Animal Crossing dan seri Super Mario.