Sejarah Kecil: Suatu Masa Ketika Orang Gila Meresahkan Hindia Belanda

By Galih Pranata, Selasa, 13 Juni 2023 | 14:00 WIB
Makan bersama para pasien yang melakukan terapi kegilaan di Lenteng Agung sekitar tahun 1935. Sejarah kecil mencatat kisah pribumi gila yang meresahkan di Hindia Belanda. (Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlands-Indië 1935)

Nationalgeographic.co.id—Pada hari Sabtu, 26 Maret 1938, seorang Sunda bernama Anam dilaporkan memukul seorang Belanda bernama ACR Weise. Weise dipukul dengan benda tumpul, pipa gas sepanjang satu meter hingga tewas.

Kejadian itu terjadi di Rumah Sakit di Garut, tatkala Weise tengah dirawat karena terserang stroke ringan. Anam yang selesai memukul mati Weise, dilaporkan kembali menuju ke tempat tidurnya dirawat. Ia kembali tidur pulas setelah membunuh seorang Belanda!

Entah apa yang menyebabkan seorang pribumi Garut itu membunuh orang Belanda yang terbaring lemah di kasurnya. Laporan Belanda menyebut bahwa Anam mengidap masalah kejiwaan.

"Dua hari kemudian, Indische Courant menerbitkan berita tentang pembunuhan ini, dan Anam disinyalir mengidap sakit jiwa," tulis Vilan van de Loo kepada Historiek dalam artikelnya Doodgeslagen met de gaspijp, terbitan 25 Maret 2018.

Sejarah kecil Hindia Belanda memang menyajikan beragam kisah tentang hal-hal yang tak terduga. Terlebih, banyak catatan sejarah kecil Hindia Belanda yang menyebut bahwa terjadi kerentanan yang luar biasa di negeri ini. Banyak orang gila dan sakit jiwa.

Pembunuhan Weise menjadi kontroversial tatkala Anam yang memukulnya hingga tewas, dinyatakan memiliki masalah kejiwaan. Sontak beritanya di media massa mulai ramai, tatkala pribumi gila menghias sejarah kecil Hindia Belanda. 

Beberapa koran berbahasa Belanda menyebut bahwa setelah Anam memukul, ia kembali tidur dengan pipa besi yang berlumuran di sebelah tempat tidurnya. Dokternya datang dan langsung menginterogasi Anam. Beruntung, ia tidak dimasukkan ke bui, hanya dipindahkan ke rumah sakit jiwa karena dianggap sangat meresahkan

Laporan lain menyebut bahwa Anam sebenarnya telah dibui karena sempat meresahkan sebelumnya. Kabar tentang kondisi mentalnya juga diragukan karena ia sudah dinyatakan sebelumnya, sehingga ia dibui karena meresahkan.

Saat di sel, ia diizinkan keluar untuk sekadar bermain di taman rumah sakit. Di taman, "ia menemukan pipa berukuran besar, lalu dibawanya ke dalam rumah sakit untuk dipukulkannya ke Weise hingga tewas," terus van de Loo.

Setelah pemukulan itu, dokter menjumpainya disel karena Anam memerlukan pengawasan intensif terkait perkembangan kesembuhan dan kestabilan mentalnya. Saat dijumpainya di sel, Anam terlihat tertidur dengan sebilah pipa besar berlumuran darah di sampingnya.

Sang dokter membangunkan dan menginterogasinya. Ia mendiagnosis bahwa Anam belum sembuh sepenuhnya. Namun, kondisi di Hindia Belanda belum mampu memfasilitasi para orang gila dan sakit jiwa di sana. 

Indische Courant juga menyebut bahwa terlalu banyak orang yang gila d Hindia Belanda, membuat keterbatasan rumah sakit jiwa.