Manyoshu Kekayaan Frasa Cinta, Alam, dan Elegi Kekaisaran Jepang

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Kamis, 15 Juni 2023 | 10:00 WIB
Otomo no Yakamochi (718-785) memiliki kontibusi besar dalam Manyoshu, antologi Kekaisaran Jepang. (Public Domain/World History)

Hanya saja volume ini disusun secara kronologis menurut nama kaisar kekaisaran Jepang. Diduga, setiap volume disusun oleh kelompok penyunting yang berbeda-beda, dengan Yakamochi sebagai editor kepala.

Kerumitan lain yang ditemukan para ahli sejarah adalah gaya bahasa yang digunakan.

Chunagon Yakamochi karya Kano Tan'yu, 1648 (Wikimedia Commons)

Dalam antologi ini, Manyoshu menggunakan gaya penulisan yang unik dengan mengkombinasikan karakter tulisan Jepang kuno dan Tionghoa yang digunakan baik secara fonetis maupun semantik.

Para penyair ini sering mencari cara untuk mengungkapkan emosi dan gagasan mereka dalam kata-kata.

Mereka pun menemukan pelipur lara dalam kata-kata abadi dari para penyair guru besar dari abad-abad yang lalu. Pengaruh Manyoshu pada puisi Jepang masih terasa hingga saat ini.

Terjemahan Manyoshu dalam bahasa Inggris ditulis oleh Heihachiro Honda dan pada tahun 1967 diterbitkan di Tokyo.

Butuh waktu 20 tahun untuk menyelesaikan terjemahan puisi ini kedalam bahasa Inggris. Tidak heran jika berat buku yang berisi ribuan puisi ini mencapai 2 kilogram.

Tidak hanya sekerdar karya sastra puisi dalam sejarah kekaisaran Jepang. Sejak diterbitkannya, Manyoshu telah memberikan makna pada banyak hal.

Para ahli mempelajari berbagai studi khusus tentang detail biografi, praktik keagamaan, dan bahkan tanaman yang disebutkan di seluruh antologi kekaisaran Jepang yang paling penting ini.