Nationalgeographic.co.id - Setidaknya 20.000 tahanan perang, setelah jatuhnya Filipina pada tahun 1942, tewas saat invasi Kekaisaran Jepang pada Perang Dunia II. Peristiwa mengerikan itulah yang kemudian dikenal dengan istilah Bataan Death March atau Pawai Kematian Bataan.
Bisa dikatakan, Bataan Death March atau Pawai Kematian Bataan adalah sebuah kekejaman yang dilakukan oleh Tentara Kekaisaran Jepang terhadap POW (prisoner of war), tahanan perang Sekutu di Persemakmuran Filipina dari tanggal 9 April hingga 15 April 1942.
Setelah invasi Jepang ke Filipina pada 8 Desember 1941—sehari setelah serangan mendadak di Pearl Harbor—para pembela Amerika dan Filipina yang membentuk U.S.A.F.F.E, atau Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Timur Jauh, bertempur terus di Semenanjung Bataan selama tiga bulan, tetapi menyerah pada minggu pertama bulan April.
Hampir 80.000 tawanan perang berbaris menuju tahanan dan disuruh berjalan kaki dari Semenanjung Bataan, yang terletak di barat laut ibu kota Filipina, Manila, ke kamp interniran di dataran Luzon sekitar 100 kilometer jauhnya.
Diperkirakan sebanyak 20.000 orang tewas dalam Bataan Death March karena penyakit, kelaparan, dan kekerasan. Kematian tersebut terus terjadi selama Kekaisaran Jepang terus memaksa para tahanan perang.
Pertempuran Bataan
Setelah invasi Jepang ke Filipina pada 8 Desember 1941, sebagai bagian dari Perang Pasifik Perang Dunia II, U.S.A.F.F.E langsung kewalahan dengan cepat dan sulit melawan.
Di atas kertas, pasukan Sekutu di wilayah tersebut adalah pasukan luar negeri yang mengesankan yang dilatih dan dipimpin oleh orang Amerika dan dilengkapi dengan pesawat terbang, howitzer, kapal, dan tank.
Ribuan wajib militer Filipina berarti memiliki tenaga dan sumber daya untuk mengalahkan invasi Jepang skala penuh.
Kenyataannya, Jepang langsung mencapai keunggulan udara di sebagian besar Luzon, pulau besar di utara kepulauan Filipina. Mereka mendaratkan pasukan mereka di beberapa lokasi, dengan sedikit perlawanan yang dihadapi, semuanya sebelum Malam Natal.
Rencana yang dibuat dengan hati-hati untuk menghentikan Jepang terbukti tidak dapat dilaksanakan, tetapi para perwira AS secara keliru meyakinkan pasukan mereka bahwa bantuan akan segera tiba.