Teks Kuno Ungkap Teknik 'Supernatural' Samurai Kekaisaran Jepang

By Utomo Priyambodo, Jumat, 16 Juni 2023 | 09:00 WIB
Ilustrasi pertarungan atau adu pedang antara dua samurai di Kekaisaran Jepang. Sebuah teks kuno mengungkap rahasia teknik supernatural samurai. (Rawpixel/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Banyak rahasia menarik terkait kekuatan samurai di Kekaisaran Jepang.

Sebuah teks kuno yang diterjemahkan dengan judul "Dua Belas Aturan Pedang" mengungkap salah satu rahasia tersebut. Persisnya, terkait teknik yang memberikan mereka kekuatan supernatural dalam bertarung.

Berasal dari abad ke-17, teks tersebut berisi pengetahuan yang diturunkan dari seorang samurai bernama Itō Ittōsai. Samurai yang lahir sekitar tahun 1560 itu pernah bertarung dan memenangkan 33 duel di Jepang.

Para peneliti tidak yakin kapan Itō Ittōsai meninggal. Namun catatan sejarah menunjukkan dia mungkin hidup sampai usia di atas 90 tahun.

Ittōsai tidak pernah menulis "Dua Belas Aturan Pedang" ini. Dia hanya meneruskan pengetahuan ini secara lisan kepada murid-muridnya di sekolah adu pedang One Cut. Keturunan murid-muridnya kemudian mencatatnya secara tertulis.

Teks tersebut menjelaskan aturan untuk mengalahkan lawan serta dua doa atau mantra magis untuk meningkatkan semangat dan pikiran seorang samurai, menurut Eric Shahan. Shahan adalah peneliti yang baru-baru ini menerjemahkan teks tersebut.

Shahan adalah penerjemah bahasa Jepang yang berspesialisasi dalam menerjemahkan teks seni bela diri Jepang. Dia juga memegang San Dan (sabuk hitam tingkat tiga) di Kobudō, seni bela diri Jepang.

Dua doa ajaib itu tidak jelas dan sulit dimengerti. Salah satunya menyatakan bahwa seorang samurai harus menggambar beberapa karakter Sansekerta di telapak tangannya, termasuk karakter yang mewakili Oni, sejenis setan.

Samurai itu kemudian menyatukan kedua telapak tangannya dan mengucapkan doa. Lalu dia perlu memutar tangannya satu kali sambil membuat bunyi "Un!" sebelum bertepuk tangan sekali dan menggosoknya.

Mata Hati

Salah satu aturan dalam teks tersebut disebut "mata hati". Dikatakan, dalam terjemahan Shahan, bahwa "Anda tidak boleh melihat lawan Anda dengan mata Anda, tetapi lihatlah mereka dengan jiwa Anda ... Jika Anda melihat dengan mata Anda, Anda mungkin akan terganggu, namun dengan melihat dengan pikiran Anda, Anda tetap fokus."

Dua doa magis yang mungkin membantu sekolah samurai One Cut untuk melihat lawan dengan "jiwa" dan "pikiran" mereka juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam teks tersebut.

Orang-orang yang tinggal di Jepang abad ke-17 yang melihat seorang samurai yang telah menguasai aturan "mata hati" mungkin akan tercengang. "Pada saat itu, bagi pengamat mungkin terlihat bahwa seseorang yang telah menguasai teknik ini memiliki kekuatan supernatural," kata Shahan.

Namun ada penjelasan ilmiah tentang bagaimana mereka menggunakan "pikiran" dan "jiwa" mereka, bukan mata, untuk mengawasi lawan mereka.

Menurut Shahan, "Penjelasannya adalah Anda bereaksi lebih cepat terhadap hal-hal yang bergerak dalam penglihatan sekeliling Anda dibandingkan dengan pusat fokus Anda."

"Melihat langsung ke pedang lawan, secara sadar mencatat gerakan dan kemudian mencoba merespons tidak akan berakhir baik untuk Anda dalam duel pedang," imbuh Shahan seperti dikutip dari Live Science.

Shahan menambahkan, "Sebaliknya, membiarkan lawan Anda berada di bidang penglihatan Anda tanpa berfokus pada satu bagian mana pun memungkinkan penglihatan sekeliling Anda bereaksi terhadap gerakan atau serangan apa pun," dan "Anda akan bereaksi lebih cepat daripada yang Anda bisa dengan menatap langsung ke arah musuh."

Doa-doa ajaib dalam teks itu mungkin semacam metode hipnosis diri (self-hypnosis) atau ritual meditasi.

"Jika pikiran Anda kacau balau sebelum pertempuran, kekalahan pasti terjadi. Pasti ada hubungan dengan mata hati dalam arti bahwa Anda harus membiarkan tubuh Anda bereaksi secara bebas dan tanpa sadar terhadap serangan lawan," kata Shahan.

Ada sekolah adu pedang untuk membentuk keahlian berduel para samurai di Kekaisaran Jepang. (Yoshitaki Tsunejiro)

Hati Rubah

Aturan lain, yang disebut "hati rubah", memperingatkan samurai agar tidak terlalu berhati-hati. Aturan itu mencatat bahwa rubah pada dasarnya berhati-hati dan curiga, sesuatu yang dapat membuat mereka terbunuh.

"Alih-alih melarikan diri ke satu arah, mereka berhenti di sana-sini memeriksa apa yang ada di belakang mereka. Selama salah satu penundaan ini, pemburu berputar-putar dan membunuh rubah. Pelajarannya di sini adalah bahwa kehati-hatian yang berlebihan menyebabkan kejatuhan rubah," kata aturan tersebut.

Jika seorang samurai berpikir tentang apa yang harus mereka lakukan dan ragu-ragu, "lawan akan memilih momen itu untuk menyerang" menurut aturan itu.

"Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk menghilangkan semua keraguan dari teknik Anda. Anda harus melatih diri Anda dengan penuh semangat sehingga Anda menjadi kosong, suwung."

Aturan lainnya termasuk "pohon pinus di angin", yang mengajarkan samurai untuk tidak terjebak oleh ritme lawan, tetapi tidak menggunakan ritme sama sekali. Yang lain, yang disebut "memotong", melibatkan pencapaian waktu sepersekian detik dan "mencegah pikiran asing".

Shahan mengatakan bahwa samurai yang mempelajari sekolah teknik pertarungan pedang One Cut "melatih seluruh hidup mereka dalam seni pedang sehingga teknik itu tertanam dalam tubuh mereka.

"Mereka membutuhkan ketabahan mental untuk memungkinkan tubuh mereka merespons tanpa pikiran menebak-nebak situasi itu," jelas Shahan.