Nationalgeographic.co.id - Toyotomi Hideyoshi adalah daimyo (penguasa feodal) Kekaisaran Jepang yang kuat berkuasa di abad ke-16. Ia merupakan salah satu dari Tiga Pemersatu Jepang. Kisah hidupnya luar biasa dan menginspirasi bangsa Jepang. Lahir di tengah keluarga petani, Toyotomi Hideyoshi menjadi samurai paling berkuasa di Kekaisaran Jepang.
Hideyoshi muda mencari petualangan
Sedikit yang diketahui tentang kehidupan awal Toyotomi Hideyoshi. Ia tercatat lahir pada tahun 1537 (beberapa sumber menyebutkan tahun 1536 atau 1539) di Nakamura, Provinsi Owari. Ayahnya, Yaemon, adalah seorang petani atau ashigaru (prajurit kaki) yang melayani Klan Oda.
Sebagai anak muda, Hideyoshi dikirim ke kuil untuk belajar. Namun, jenis kehidupan kontemplatif ini tidak cocok untuknya. “Hideyoshi melarikan diri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan petualangan,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.
Menurut beberapa sumber, ayah Hideyoshi meninggal saat ia berusia 7 tahun. Ibunya menikah lagi dengan pria yang juga mengabdi pada Klan Oda.
Hideyoshi pertama kali melayani Matsushita Yukitsuna, seorang punggawa klan Imagawa di Provinsi Totomi. Dia kemudian pergi ke Provinsi Suruga untuk melayani Yukitsuna, daimyo Imagawa Yoshimoto. Setelah melayani Klan Imagawa selama beberapa tahun, Hideyoshi memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Menurut beberapa sumber, Hideyoshi melarikan diri dengan sejumlah uang yang dipercayakan kepadanya.
Pada tahun 1558, Hideyoshi kembali ke Provinsi Owari. Di sana, ia menawarkan jasanya kepada Oda Nobunaga sebagai pelayan rendahan.
Menurut tradisi populer, Hideyoshi menjadi salah satu pembawa sandal Nobunaga dan berada di Pertempuran Okehazama pada tahun 1560. Selama pertempuran ini, kekuatan Klan Oda yang jauh lebih kecil menyergap dan mengalahkan pasukan Imagawa Yoshimoto. Selain itu, Yoshimoto sendiri terbunuh selama pertempuran, sehingga membuka jalan bagi Nobunaga untuk naik ke tampuk kekuasaan.
Hideyoshi memperoleh kekuatan
Hideyoshi dikatakan telah melayani klan Oda dalam berbagai kapasitas selama dekade berikutnya. Namun ia hanya secara definitif muncul dalam catatan sejarah pada tahun 1573. Pada tahun itu, Klan Asai dari Omi dihancurkan oleh Nobunaga. Hideyoshi dianugerahi tiga distrik di bagian utara provinsi itu.
Pada tahun-tahun berikutnya, Hideyoshi terus melayani Nobunaga, baik sebagai komandan militer maupun sebagai administrator. Pada tahun 1582, Nobunaga dikhianati oleh salah satu jenderalnya, Akechi Mitsuhide. Ini berakhir dengan Nobunaga melakukan seppuku (bunuh diri untuk menyelamatkan kehormatan) di Honno-ji, sebuah kuil di Kyoto.
Tak lama setelah ini, Hideyoshi pun melakukan aksi balas dendam. Ia mengalahkan Mitsuhide di Pertempuran Yamazaki.
“Kematian Nobunaga membawa krisis suksesi di Klan Oda,” Mingren menambahkan. Pasalnya, anggota keluarga yang berbeda didukung oleh pengikut yang berbeda. Hideyoshi sendiri mendukung cucu Nobunaga, Oda Hidenobu. Dia bentrok dengan pengikut lain, seperti Tokugawa Ieyasu, yang mendukung putra tertua Nobunaga yang masih hidup, Oda Nobukatsu. Namun pada akhirnya, Hideyoshi menang dan Hidenobu menjadi daimyo baru Klan Oda.
Penerus Nobunaga yang sebenarnya adalah Hideyoshi. Itu karena Hidenobu hanyalah seorang anak kecil ketika dia ditunjuk sebagai kepala klannya. Salah satu saingan terbesar Hideyoshi adalah Shibata Katsuie, samurai pengikut Nobunaga lainnya.
Musuh Hideyoshi lainnya adalah Tokugawa Ieyasu, samurai lain yang dilawan pada tahun 1584. Konflik ini berakhir dengan gencatan senjata dan aliansi bahkan dibentuk antara kedua pria tersebut.
Rencana besar Hideyoshi
Di tahun yang sama saat Katsuie dikalahkan, Hideyoshi memulai pembangunan kastel di Osaka. Ini dimaksudkan untuk melambangkan kekuatannya, serta ambisinya untuk menguasai seluruh Kekaisaran Jepang. Reunifikasi Kekaisaran Jepang ini akhirnya tercapai pada tahun 1590, setelah penghancuran Klan Hojo, yang berpusat di Edo.
Akan tetapi ambisi Hideyoshi tidak terbatas pada Kekaisaran Jepang. Dia diketahui memiliki rencana untuk membawa Korea, Tiongkok, dan bahkan India di bawah kekuasaan Kekaisaran Jepang. Meskipun dua kampanye militer diluncurkan melawan Korea, keduanya berakhir dengan kegagalan.
Salah satu tindakan Hideyoshi yang fenomenal adalah Perburuan Pedang. Saat itu, kelas samurai melucuti pedang para petani. Konon Hideyoshi menjelaskan bahwa pedang-pedang itu akan dilebur untuk membuat patung Buddha. Namun faktanya, perburuan pedang itu dilakukan untuk menekan pemberontakan oleh para petani yang tidak puas pada pemerintah.
Pada tahun 1598, Hideyoshi meninggal pada usia 62 tahun. Di akhir hayatnya, Hideyoshi terganggu oleh kemunduran yang dihadapi oleh pasukannya di Korea. Akan tetapi perhatian terbesarnya saat terbaring sekarat sebenarnya adalah nasib penggantinya, putranya yang berusia 5 tahun, Toyotomi Hideyori.
Hideyoshi melakukan semua yang dia bisa untuk memastikan bahwa putranya akan menggantikannya ketika dia sudah dewasa. Namun demikian, Klan Toyotomi mendekati akhir kejayaannya. Sepeninggalnya, giliran Klan Tokugawa menguasai Kekaisaran Jepang hingga Restorasi Meiji.
Setelah Restorasi Meiji, Kekaisaran Jepang memasuki Periode Meiji. Di masa itu, kelas-kelas sosial dihapuskan. Tindakan ini otomatis menghapus kelas samurai dan hak istimewanya. Secara perlahan, samurai pun menghilang dari Kekaisaran Jepang.
Samurai memang sudah menghilang dari Kekaisaran Jepang. Namun kisah Toyotomi Hideyoshi, anak petani yang menjadi samurai terhebat, terus menginspirasi orang Jepang hingga kini.